Sistem Tanam Turiman Pajale Digadang-gadang Mampu Menambah Pendapatan Petani

Pertanianku Turiman pajale merupakan singkatan dari tumpang sari antara padi, jagung, dan kedelai. Sistem tumpang sari tersebut telah diterapkan di Desa Pangaereunan, Balubur Limbangan, Garut, Jawa Barat.

turiman pajale
foto: Pertanianku

Sistem turiman pajale dikembangkan oleh Badan Penelitian Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), khususnya Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Barat. Nana Sutrisna, peneliti BPTP Jawa Barat menjelaskan bahwa sistem tumpang sari dapat menjadi solusi untuk meningkatkan produktivitas lahan pertanian di daerah Jawa Barat.

“Lahan kering di sini lebih dari 2.000 hektare, kami berpikir kalau semuanya hanya tanam jagung, nanti saat panen raya berlangsung harga bisa jatuh,” tutur Nana Sutrisna seperti dikutip dari laman pertanian.go.id.

Dengan menanam padi dan kedelai, petani dapat mengantisipasi penurunan harga jagung. Pasalnya, sumber pendapatan petani tidak hanya bergantung pada komoditas jagung.

“Minimal kalau di sini sudah ada pajale atau padi, jagung, kedelai, nanti kalau harga jagung turun, petani masih ada padi dan kedelai, harganya bisa lebih tinggi,” lanjut Nana.

Sebelumnya sudah pernah ada teknologi turiman yang merupakan upaya intensifikasi pertanian guna memperoleh hasil produksi yang lebih optimal dari biasanya. Teknologi turiman diterapkan pada lahan pertanian yang terus mengalami penurunan jumlah luas karena terjadi alih fungsi lahan.

Teknologi turiman pajale dengan sistem tumpang sari biasa memiliki beberapa perbedaan, seperti penggunaan varietas unggul baru dan pupuk hayati atau pupuk mikro.

“Teknologi yang mendukung turiman, yang pertama adalah varietas. Kita pilihkan varietas yang cocok untuk lahan kering di sini, yaitu padi inpago 11, untuk jagung nasa 29 atau nakula sadewa yang sudah diluncurkan oleh Pak Jokowi dahulu. Kedelainya anjasmoro,” papar Nana.

Sementara itu, pupuk yang digunakan ialah pupuk hayati yang dapat menahan kalium. Nana juga menjelaskan bahwa sistem ini juga menggunakan pupuk mikro, apalagi untuk lahan kering.

Teknologi turiman sudah diterapkan pada demplot seluas 1 hektare di lokasi tersebut sejak November 2020. Wawan, salah seorang petani yang menerapkan teknologi tersebut kini mulai merasakan manfaatnya. Saat ini lahan yang dimiliki dan hanya ditanami jagung sudah digunakan untuk menanam kedelai dan padi gogo juga.