Smart Farming Andalan untuk Genjot Produksi dan Ekspor

PertaniankuSmart farming adalah sistem pertanian berbasis teknologi, sistem pertanian ini dapat membantu petani meningkatkan hasil panen secara kualitas dan kuantitas. Pertanian dengan sentuhan teknologi merupakan kunci dari bertahannya sektor pertanian di tengah dampak perubahan iklim dan pandemi COVID-19.

smart farming
foto: Pertanianku

Kementerian Pertanian terus mengakselerasi smart farming dengan meningkatkan sumber daya manusia. Salah satu upaya yang tengah dilakukan Kementan adalah menggelar Training of Trainer (TOT) Smart Farming untuk widyaiswara, dosen, guru, dan penyuluh pertanian.

“ToT Smart Farming adalah upaya menembus langit dan ToT ini tidak boleh gagal karena memperlihatkan perubahan paradigma dan transformasi pertanian dari cara-cara tradisional ke cara-cara modern melalui smart farming. ToT menjelaskan kalau kita masih seperti dulu, kita tinggal tunggu kematian, tidak bisa menjawab tantangan dan tertinggal dalam kehidupan,” terang Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo seperti dikutip dari laman pertanian.go.id.

Syahrul menjabarkan beberapa alasan smart farming sangat penting, beberapa di antaranya karena pada saat ini pertanian sedang dihadapkan dengan tantangan yang cukup rumit, yakni pandemi COVID-19 dan perubahan iklim.

Perubahan iklim tidak bisa dikendalikan dengan cara-cara lama. Apalagi ke depannya, luas area lahan tanam semakin sempit, jumlah penduudk semakin besar. Itu sebabnya memerlukan teknologi yang dapat menjawab tantangan tersebut.

“Oleh karena itu, hadirnya ToT penting karena membangun pertanian itu tidak boleh berspekulasi. Jika ini terjadi, negara akan kekurangan pangan, masyarakat kesulitan mendapatkan pangan. Tapi dengan TOT, bertani tidak harus di lahan luas dan penanganan pertanian dari hulu ke hilir menjadi tepat dan terukur,” jelasnya.

Syahrul melanjutkan, digitalisasi pertanian dan penggunaan mekanisasi yang semakin maju menjadi cara efektif untuk membuat produksi terus meningkat dengan kualitas yang tinggi. Dengan begitu, pendapatan petani juga akan semakin meningkat.

Syahrul berharap ToT Smart Farming dapat menarik minat generasi milenial untuk terjun ke pertanian. Pasalnya, pertanian sangat membutuhkan dukungan dari generasi milenial yang memiliki semangat berinovasi.

“Biasanya yang muda-muda itu lebih mudah tertransfer teknologi pertanian modern. Karena terbukti, petani milenial yang kita asistensi rata-rata penghasilannya ada yang puluhan juta, Rp400 juta dan bahkan ada yang sampai Rp2 miliar. Pemasaran pertanian by digital, bisa jual dari desanya sendirinya,” pungkas Syahrul.