Pertanianku — Sepeda bambu karya Singgih Susilo Kartono diberi merek Spedagi dan kini telah menjadi sepeda yang disukai Presiden Joko Widodo. Nama tersebut diambil dari kebiasaan pembuatnya bersepeda di pagi hari ketika menyusuri jalan desa.
Singgih bukan orang pertama yang menciptakan sepeda bambu. Ia terinspirasi oleh karya sejenis, yakni Bamboosero buatan desainer asal California, Amerika Serikat, Craig Calfee. Singgih menemukan karya tersebut ketika sedang berselancar di dunia maya.
Melansir dari Indonesia.go.id, sepeda bambu pertama kali dibuat pada 1991 dan telah digunakan oleh pembalap sepeda terkemuka.
Awalnya, Singgih menggunakan bambu bulat berukuran kecil seperti yang digunakan untuk membuat sepeda bambu pertama di dunia. Setelah melalui berbagai rangkaian proses, akhirnya Singgih berhasil menemukan desain sepeda yang nyaman dipakai dan kuat sehingga produksi baru dimulai pada akhir 2014.
“Bambu adalah penyerap getaran terbaik yang kekuatannya tak usah diragukan lagi dan cocok dijadikan bahan sepeda. Dengan treatment dan coating yang baik, sepeda bambu bisa digunakan seperti sepeda pada umumnya,” tutur Singgih.
Singgih tidak memproduksi sepeda dalam skala yang besar. Spedagi merupakan kerajinan tangan dari tenaga-tenaga terampil lokal di Workshop Magno, Desa Kandangan. Satu unit sepeda dapat diselesaikan dalam kurun waktu 60 jam. Saat ini Spedagi telah tersedia atas beberapa tipe seperti Spedagi Dwiguna (dual track) yang dirancang untuk jalan pedesaan atau perkotaan.
Tipe Spedagi lainnya adalah Dalanrata (road bike) yang khusus digunakan untuk jalanan mulus. Sementara itu, untuk menempuh jarak pendek di perkotaan bisa menggunakan Spedagi tipe Gowesmulyo dan Rodacilik.
Harga jual Spedagi dibanderol mulai dari kisaran Rp5,5 juta hingga Rp6,5 juta. Sepeda bambu yang diproduksi Singgih memiliki garansi selama dua tahun. Dari satu batang bambu betung sepanjang 20 meter dapat digunakan untuk membuat 5–7 unit Spedagi bernilai tinggi.
Pengolahan bambu menjadi sepeda merupakan inovasi besar yang dapat meningkatkan nilai jual bambu. Pasalnya, selama ini bambu hanya digunakan untuk rakit, jembatan, tiang rumah, ataupun furnitur.