Pertanianku — Indonesia memiliki kekayaan florikultura yang luar biasa, mulai dari 5.000 spesies tanaman anggrek, 4.000 spesies tanaman paku-pakuan, hingga 400 spesies tanaman palem. Direktur Buah dan Florikultura, Liferdi Lukman menjelaskan pertumbuhan komoditas florikultura mencapai 12 persen dalam dua dekade, lebih tinggi dari komoditas tanaman obat, sayuran, dan buah-buahan.

Melihat pertumbuhan tersebut, ekspor florikultura pada paruh kedua 2021 ditargetkan mencapai 197.770 kg. Salah satu upaya untuk mencapai target tersebut adalah mengembangkan program Kampung Florikultura.
“Selama pandemi, permintaan tanaman hias meningkat cukup tinggi, terutama tanaman hias daun. Kampung Florikultura ini yang menjadi upaya kami untuk memenuhi permintaan ekspor,” papar Liferdi seperti dikutip dari laman hortikultura.pertanian.go.id.
Kampung Florikultura merupakan bagian dari program prioritas Kampung Hortikultura yang dicanangkan oleh Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto dan diinstruksikan oleh Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo.
Beberapa Kampung Florikultura yang sedang dikembangkan adalah Kampung Mawar di Buleleng, Kampung Anggrek di Batu, dan Kampung Dracaena di Sukabumi.
“Kampung Florikultura menjadi strategi untuk meningkatkan produktivitas. Saat ini ada 20 Kampung Florikultura yang sedang dan akan dikembangkan,” tutur Prihasto.
Pemulia tanaman hias aglaonema, Gregori Hambali mengatakan keanekaragaman florikultura Indonesia berbeda dengan Brazil dan lebih beragam. Untuk menciptakan varietas tanaman hias yang lebih baik dan beragam, Greg mengungkapkan harus mengenali jenis tumbuhan penyusun flora Nusantara sebelum melakukan pemuliaan.
Salah satu tanaman hias yang menjadi tumbuhan penyusun flora Nusantara untuk pemuliaan adalah Aglaonema rotundum dan Draceana jiewhoei. Aglaonema rotundum merupakan tumbuhan penyusun yang penting untuk digunakan dalam pemuliaan aglaonema di berbagai daerah karena dapat menghadirkan warna merah pada varietas aglaonema baru. Aglaonema rotundum merupakan tanaman endemik Sumatera.
Sementara itu, Draceana jiewhoei juga merupakan tanaman endemi Sumatera. Tanaman hias ini merupakan tumbuhan penuyusun yang menghasilkan bintik-bintik putih yang menebar pada generasi kedua draceana.
Debora Herlina, pelaku usaha tanaman hias mengungkapkan, peluang bisnis florikultura bukan memperjualbelikan tanaman hutan yang sangat diminati oleh pasar, melainkan tanaman hias hasil penangkaran, tanaman introduksi, dan tanaman dengan varietas hasil persilangan atau rekayasa lainnya.
Menurut Debora, saat ini pasar tanaman hias dalam dan luar negeri sedang mengalami peningkatan. Peluang bisnis komoditas florikultura terus meningkat seiring dengan semakin canggih perkembangan teknologi internet.