Strategi Mengatasi Gulma pada Kebun Kelapa Sawit

Pertanianku — Gulma merupakan tumbuhan yang tidak dikehendaki atau tumbuhan liar yang dapat tumbuh di mana saja, termasuk di kebun kelapa sawit. Gulma kelapa sawit dapat menjadi pesaing tanaman sawit untuk mendapatkan unsur hara, cahaya, iklim mikro, menyumbat saluran drainase dan menyebabkan lahan terendam air, serta menyulitkan proses panen dan perawatan. Oleh karena itu, gulma di kebun kelapa sawit perlu ditangani dengan benar.

gulma kelapa sawit
foto: pixabay

Tumbuhan liar dapat tumbuh dengan cepat saat tanaman belum menghasilkan (TBM) karena intensitas cahaya yang sampai ke permukaan tanah masih terbilang tinggi. Kondisi tersebut memicu perkecambahan benih yang berada di sekitar tanaman.

Jenis gulma yang tumbuh dipengaruhi oleh jenis lahan yang digunakan. Oleh karena itu, penanganannya harus dilakukan sesuai dengan fisiologis dan jenis gulma, karakteristik lahan, serta umur tanaman.

Pada lahan kering, gulma yang paling sering menyerang adalah gulma berdaun lebar, seperti Mikania icrantha, Ageratu conyzoides, Asutasia gangetica, dan Borerria alata. Selain itu, ada juga jenis gulma berdaun sempit.

Sementara itu, di lahan basah, jenis gulma yang mendominasi adalah gulma berdaun sempit, pakis, dan teki.

Pengelolaan gulma di area piringan berbeda dengan di area gawangan. Pengendalian di area piringan harus dilakukan untuk mencegah terjadinya persaingan unsur hara dan cahaya. Area piringan disarankan harus benar-benar bersih karena gulma yang tumbuh di area tersebut dapat menghambat proses panen.

Di area piringan, gulma dikendalikan dengan interval 4—8 minggu atau disesuaikan dengan kondisi di lapangan. Pengendalian dilakukan dengan cara manual atau mekanik.

Sementara itu, pengendalian gulma di area gawangan perlu diperhatikan karena merupakan tempat berkembangnya predator alami, bahkan menjadi inang bagi OPT. Oleh karena itu, perlu dilakukan seleksi dalam pengendaliannya.

Pengendalian di daerah ini perlu dikendalikan dengan cara mekanis dan dilakukan selektif. Jika secara ekonomis tidak memungkinkan untuk mengendalikan dengan mekanis, pengendalian dapat dilakukan dengan menggunakan herbisida kontak atau sistemik. Herbisida yang bisa digunakan adalah herbisida berbahan aktif Paraquat. Herbisida tersebut dapat mengendalikan gulma ringan berdaun.

Gulma yang dapat dipertahankan di daerah gawangan adalah gulma Turnera subulata atau gulma lain yang memiliki bunga dan penghasil madu. Gulma-gulma tersebut dapat menjadi tempat populasi Sycanuss spp, atau predator hama pemakan daun seperti Mahasena corbetti dan Setora nitens.