Pertanianku — Banyak orang merasa jijik atau takut dan geli ketika melihat cacing tanah. Namun, sebagian yang lain menganggap hewan ini memberi banyak manfaat dan menguntungkan secara materi.

Belakangan, budidaya hewan yang hidup di bawah permukaan tanah ini cukup marak. Para peternak banyak menggunakannya untuk pakan ternak ataupun obat. Hewan ini dinilai memiliki kandungan protein yang tinggi. Protein yang dikandungnya sangat baik bagi para peternak ikan.
Cacing juga diolah menjadi obat mujarab penurun demam bagi manusia. Bahkan, akhir-akhir ini, industri kosmetik juga memanfaatkan cacing sebagai bahan dasar pelembap dan peremajaan kulit. Tingginya permintaan pasar, membuat harga cacing memiliki nilai ekonomis yang fantastis dan menggiurkan.
Cacing tanah yang dibudidayakan adalah jenis Lumbricus rubellus, yang memiliki ciri tubuh berwarna merah. Cacing jenis ini paling cepat pertumbuhan serta perkembangbiakannya. Mereka yang ingin menjadi pembudi daya pemula cukup menyediakan kandang yang berbentuk kotak berukuran 90 × 50 × 30 cm. Kotak tersebut diisi media tanah. Untuk menghemat tempat, rak dapat dibuat bersusun.
Usahakan tanah yang diisi adalah tanah yang kaya humus seperti pupuk kompos atau pupuk kandang. Isi tanah dengan ketinggian 5—10 cm dari batas atas boks. Pastikan tempat budidaya tidak terpapar cahaya matahari secara langsung lalu, basahi sedikit media tanah menggunakan air.
Pastikan tanah memiliki pH normal antara 5,5—7,5. Isi tiap boks dengan 50—100 ekor cacing. Setiap 3 jam sekali, perhatikan apakah ada cacing yang keluar atau tidak. Perkembangbiakan cacing ini tergolong cukup cepat karena dari 100 ekor cacing bisa menjadi 100.000 cacing dalam waktu 1 tahun. Sepasang cacing yang kawin akan menghasilkan 1 kokon (telur) dan dalam 2 minggu akan menetas menjadi sekitar 20 ekor.
Jauhkan media dari sinar langsung, baik sinar matahari maupun lampu. Sebab, cacing merupakan binatang yang sensitif terhadap cahaya. Kompos dan pupuk kandang bisa menjadi sumber pakan bagi cacing. Namun, pakan yang paling bagus adalah kotoran sapi atau kerbau. Ada yang perlu diperhatikan, yakni sebaiknya pakan yang diberikan sudah dalam keadaan gembur. Ini untuk memudahkan pencernaan cacing.
Tanah yang sudah terlalu banyak cacing dan kokon (telur) harus diganti. Penggantian biasa dilakukan tiap 1—2 bulan sekali. Cacing dikeluarkan semuanya dari media tanah, lalu dipindahkan ke media tanah yang baru.
Tanah bekas cacing ini didiamkan agar kokon menetas dan mengembangkan cacing-cacing baru. Agar telur mudah dikumpulkan, buatlah sebuah media yang menjadi lokasi favorit cacing untuk bertelur.
Untuk memisahkan cacing dari tanah, tidak perlu mengaduk-aduk tanah tersebut. Cukup menggunakan lampu neon atau petromaks yang didekatkan di atas permukaan tanah yang ada di dalam kotak, cacing akan keluar dengan sendirinya ke permukaan karena sifat cacing yang sensitif terhadap cahaya. Dengan begitu, cacing bisa diambil dengan mudah.
Setelah diambil cacingnya, ambil kokon pada sarang, lalu pisahkan dari tanah kascing untuk ditempatkan pada media baru. Tanah kascing ini bisa dikumpulkan sebagai pupuk. Para pembudidaya harus banyak melakukan perhatian terhadap usahanya, agar memperoleh hasil yang optimal.