Sukses dan Berhasil Berkat Budidaya Ikan Koi

Pertanianku – Hobi memelihara ikan hias memang telah lama merebak di kalangan masyarakat. Terlebih lagi, keragaman ikan hias sangatlah banyak. Bahkan, menurut pecinta ikan hias, memelihara ikan hias dipercaya dapat mengurasi stres pada manusia. Tak sebatas itu, ikan hias pun kini mulai berkembang menjadi sebuah peluang usaha yang memiliki potensi besar jika dikembangkan secara serius.

Foto: pixabay

Tingginya minat terhadap ikan hias ini, tak ayal membuat pembudidaya ikan dan pemasar semakin banyak yang mengusahakan ikan hias sebagai komoditas andalan sehingga berpotensi meningkatkan ekonomi nasional.

Tak hanya itu, ikan hias yang dibudidaya di Indonesia juga berpotensi ekspor. Nah, salah satu jenis ikan hias yang kini sedang tren dibudidayakan dan berpotensi melenggang di pasar mancanegara adalah ikan koi.

Hal inilah yang dialami oleh Hartono, warga Dusun Dangkel Wetan, Desa Karangtalun, Kecamatan Ngluwar, Kabupaten Magelang. Berkat kecintaannya terhadap ikan koi, kini ia sukses menjadi pebisnis dengan omzet yang sangat menggiurkan.

Ide ini muncul ketika terjadi erupsi Gunung Merapi beberapa tahun lalu yang menghancurkan perekonomian warga seempat termasuk Hartono. Ia pun tak kehabisan akal untuk dapat memenuhi kebutuhan keluarganya.

Berkat sikap pantang menyerah, pada 2011 lalu, ia akhirnya menemukan sebuah ide untuk mengembangkan hobinya sebagai mata pencaharian utama, yakni dengan cara budidaya ikan koi.

“Selama ini saya memang senang memelihara ikan koi. Menurut saya ikan ini memiliki corak tubuh yang sangat indah penuh nilai artistik,” ujarnya.

Selain benih, ia juga menjual anakan ikan koi yang masih berumur dua bulan dengan banderol harga Rp1.000-an per ekor. Bahkan, ikan koi yang telah berumur cukup dewasa dengan pola tertentu di tubuhnya, laku terjual dengan harga hingga jutaan rupiah.

Di dalam kolam miliknya saat ini terdapat berbagai jenis ikan koi. Di antaranya kohaku, thaiso shanke, showa sansoku, asagi, ushui, dan tancho. Menurutnya, memelihara ikan koi sebenarnya tidak terlalu sulit.

Saat masih berusia nol hingga dua minggu, ikan cukup diberi pakan berupa cacing atau bakteri air yang banyak ditemukan di alam bebas. Setelah memasuki usia di atas dua minggu, makanan ikan diganti menggunakan pelet.

“Yang paling penting sebenarnya masalah kadar oksigen dalam kolam. Kalau kekurangan, ikan koi bisa stres bahkan memicu kematian,” terangnya.

Dari hasil budidaya ikan koi asal Jepang ini, Hartono mengaku mampu mengumpulkan omzet hingga puluhan juta rupiah setiap bulannya. Permintaan pun terus mengalir dari berbagai penjuru di tanah air. Tak hanya sekitar Pulau Jawa, tetapi telah tersebar hingga Papua, Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi.

“Peminat ikan koi di Indonesia memang cukup tinggi karena memiliki keistimewaan berupa pola warna pada tubuh,” tutup Hartono.