Suryono, dari Karyawan Jadi Juragan Sapi Potong

    Pertanianku — Sudah menjadi tradisi sejak puluhan tahun lalu jika sapi dijadikan sebagai barang investasi para penduduk desa. Hal tersebutlah yang mendorong Suryono, dari karyawan jadi juragan sapi potong di desanya.

    juragan sapi potong
    foto: pertanianku

    Setelah mengalami pasang surut dalam berbisnis, Suryono mencoba kembali mencoba peruntungan hidupnya dalam penggemukan sapi potong hingga kini berhasil menjadi juragan sapi potong. Bermodal dari pengetahuan yang pernah Suryono dapatkan saat bekerja di perusahaan bidang pertanian dan peternakan, ia membeli 9 sapi potong yang akan digemukkan. Bakalan sapi ia beli dari pasar hewan tidak jauh dari rumahnya.

    Sapi yang dipilih adalah sapi friesian holstein jantan. Menurut Suryono, sapi perah jantan ini memiliki laju pertumbuhan yang baik dan bakalannya mudah diperoleh. Selain itu, sapi jenis ini termasuk sapi yang toleran terhadap makanan, seperti limbah industri pangan atau pertanian. Dalam menjalankan usahanya, Suryono menargetkan penambahan bobot hewan ternak sebanyak 1 kg per hari.

    Pakan yang digunakan dalam usaha penggemukan adalah rumput gajah, jerami padi dan jerami jagung, dedak, ampas tahu, singkong, serta mikronutrien. Campuran pakan tersebut ternyata mampu memacu pertumbuhan bobot sapi dengan baik. Selain itu, pakan tersebut mudah didapatkan dan harganya relatif murah.

    Formulasi pakan yang digunakan ternyata mampu memenuhi target bobot yang Suryono canangkan sehingga Suryono semakin bersemangat untuk mengembangkan usahanya. Dalam kurun waktu 1 tahun, Suryono sudah menambah jumlah sapi yang dipelihara menjadi 100 ekor.

    Untuk memaksimalkan pertumbuhan bobot sapi, kandang yang digunakan adalah kandang tunggal, setiap sapi ditambatkan pada satu patok. Kandang tunggal bermanfaat untuk membatasi ruang gerak sapi sehingga tidak begitu banyak energi sapi yang terbakar. Dengan begitu, energinya digunakan untuk meningkatkan bobot badan. Selain itu, penggunaan kandang tunggal dapat memudahkan peternak dalam proses perawatan dan pemeliharaan.

    Suryono selalu berusaha untuk mengefisiensikan biaya produksi. Efisiensi biaya produksi dilakukan dengan memanfaatkan limbah peternakan atau kotoran untuk dijadikan pupuk organik yang akan digunakan oleh para petani. Semakin banyak jumlah kotoran, akan semakin banyak pupuk yang dihasilkan. Suryono pun membuka kebun sayur untuk memanfaatkan limbah kotoran tersebut.

    Tak hanya menjual kotoran utuh, Suryono sudah menjual pupuk kompos dan pupuk cair yang sudah diolah secara bebas.