Syarat-Syarat Penetasan Embrio

Pertanianku – Agar telur yang akan ditetaskan sesuai dengan keinginan maka beberapa persyaratan berikut harus dipenuhi.

Syarat-syarat penetasan embrio

  1. Suhu dan perkembangan embrio

Embrio di dalam telur unggas akan cepat berkembang selama suhu telur berada pada kondisi yang sesuai dan akan berhenti berkembang jika suhunya kurang dari yang dibutuhkan. Suhu untuk penetasan telur setiap jenis unggas berbeda-beda. Suhu untuk perkembangan embrio dalam telur ayam antara 101o—105o F (38,33o—40,55o C), itik 100o—103o F (37,78o—39,44o C), puyuh 102o F (39,5o C), dan walet 90o—95o F (32,22o—35o C). Untuk itu, sebelum telur tetas dimasukkan ke dalam ruang penetasan, suhu ruang tersebut harus sesuai dengan yang dibutuhkan.

Setelah telur diletakkan dalam alat penetasan atau mesin tetas, pembelahan sel segera berlangsung dan embrio akan terus berkembang selama suhunya tetap. Dengan kondisi ini, embrio akan berkembang sempurna dan akan menetas. Namun, sumber panas yang digunakan untuk mencapai suhu yang dibutuhkan biasanya kurang stabil. Untuk itu, kontrol terhadap suhu di dalam ruangan penetasan harus dilakukan setiap hari selama masa penetasan. Pengontrolan suhu penetasan yang kurang diperhatikan akan dapat menggagalkan proses penetasan.

  1. Kelembapan dalam induk buatan

Selama penetasan berlangsung, diperlukan kelembapan udara yang sesuai dengan perkembangan dan pertumbuhan embrio, seperti suhu dan kelembapan yang umum untuk penetasan telur setiap jenis unggas juga berbeda-beda. Bahkan, kelembapan pada awal penetasan berbeda dengan hari-hari selanjutnya. Kelembapan untuk telur ayam pada saat awal penetasan sekitar 52—55% dan menjelang menetas sekitar 60—70%; itik 70% pada minggu pertama dan minggu selanjutnya 60—65%; puyuh 55—69% di minggu pertama dan selanjutnya 65%; serta walet 65—70%.

Kelembapan juga memengaruhi proses metabolisme kalsium (Ca) pada embrio. Saat kelembapan tinggi, perpindahan Ca dari kerabang telur ke tulang-tulang dalam perkembangan embrio akan lebih banyak. Pertumbuhan embrio dapat diperlambat oleh keadaan kelembapan udara yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. Sementara itu, pertumbuhan embrio optimum akan diperoleh pada kelembapan mendekati maksimun.

Biasanya kelembapan dapat diatur dengan pemberian air ke dalam wadah ceper dan diletakkan di dalam mesin tetas. Munculnya kelembapan di dalam ruang penetasan diakibatkan oleh suhu yang meningkat. Adanya peningkatan suhu tersebut dapat menguapkan air yang ada di dalamnya sehingga tercipta kelembapan.

  1. Ventilasi

Dalam perkembangan normal, embrio membutuhkan oksigen (O2) dan mengeluarkan (CO2) melalui pori-pori kerabang telur. Untuk itu, di dalam mesin tetas harus cukup tersedia O2 sehingga pertukaran udara sangat diperlukan. Kekurangan O2 akan berakibat embrio gagal berkembang. Kebutuhan O2 ini diperoleh melalui lubang ventilasi.

Adanya lubang ventilasi ini menyebabkan CO2 keluar dari mesin tetas dan digantikan oleh O2. Jumlah O2 yang dibutuhkan untuk perkembangan embrio akan semakin tinggi bila embrionya semakin besar. Kebutuhan tersebut dapat tercapai dengan cara pengaturan lubang ventilasi pada mesin tetas. Dengan demikian, pada awal penetasan lubang ventilasi harus dibuka 1/4 bagian dan semakin dibuka lebar menjelang telur menetas.

Kadar CO2 dalam mesin tetas sangat erat kaitannya dengan kondisi kebersihan telur tetas. Bila kerabang telur tertutup kotoran, pertukaran O2 dan CO2 akan mengalami gangguan. Dalam keadaan ini, kadar CO2 meningkat sekitar 0,5%, sedangkan kadar O2 menurun sekitar 0,5%. Tingginya kadar CO2 dapat menyebabkan berkurangnya daya tetas telur. Peningkatan CO2 sebesar 5% dapat menyebabkan kematian embrio sebelum menetas. Peningkatan kadar CO2 yang masih diperbolehkan hanya sekitar 0,5—0,8% dengan kadar optimum 0,5%.

Perimbangan udara dalam mesin tetas selama periode penetasan adalah 0,5% gas CO2 dan 21% gas O2. Pada saat telur tetas dimasukkan ke dalam mesin tetas, ventilasi harus dalam keadaan tertutup. Menjelang hari ketiga, biasanya suhu meningkat sekitar 1o F (0,55o C). Bertambahnya suhu disebabkan oleh embrio dalam telur sedang berkembang dan mulai melepaskan CO2 melalui pori-pori kulit telur. Agar pertukaran gas semakin baik, ventilasi perlu diaktifkan. Lubang ventilasi dapat dibuka pada hari keempat sebesar 1/4 bagian, hari kelima 1/2 bagian, hari keenam 3/4 bagian, serta hari ketujuh dan seterusnya dibuka seluruhnya.