Tanaman Babandotan Mampu Turunkan Gas Emisi

Pertanianku — Saat ini kondisi pertanian di dunia sedang fokus membahas berbagai dampak kerusakan lingkungan akibat penyalahgunaan sistem pertanian yang hanya berorientasi pada hasil pertanian. Namun, tidak memerhatikan kondisi lingkungan sehingga menggunakan bahan apa saja dan kurang mewaspadai efek sampingnya. Padahal, petani bisa menggunakan berbagai bahan alami untuk merawat komoditas pertanian, seperti tanaman babandotan.

babadotan
foto: BPTP Jambi

Sebelumnya, para petani fokus untuk membasmi hama yang berada di ladang menggunakan berbagai macam pestisida berbahan organik. Padahal, penggunaan yang dilakukan terus-menerus dapat menurunkan fungsi tanah yang terpapar zat kimia pestisida.

Kegiatan lain yang tak kalah penting adalah pemupukan lahan yang akan digunakan. Pupuk sangat penting dilakukan untuk menyuplai kandungan hara yang berguna untuk mendukung pertumbuhan tanaman hingga mampu menghasilkan panen yang optimal. Pupuk kimia memang sangat mudah digunakan dan para petani pun tidak perlu mengolahnya terlebih dahulu.

Namun, tanpa disadari, penggunaan pupuk N yang tidak efektif, malah menghasilkan gas metana, karbondioksida, dan dinitrogen oksida. Ketiga senyawa yang dihasilkan dari pemupukan tersebut akan menguap ke udara dan menyebabkan pemanasan global emisi gas rumah kaca. Gas metana yang menguap akan mengurangi kadar oksigen. Selain itu, dinitrogen oksida yang berlebihan dapat menyebabkan pemanasan global 298 kali lebih besar dibanding karbondioksida.

Sementara, gas metana dapat menurunkan suplai oksigen pada atmosfer bumi hingga sebesar 19,5 persen. Kadar gas metana yang terlalu tinggi dan tercampur dengan udara dapat menyebabkan kebakaran dan ledakan.

Secara tidak langsung kegiatan sektor pertanian menjadi salah satu penyumbang gas metana yang memicu pemanasan global emisi gas rumah kaca. Sadar akan hal itu, dilansir dari Kementerian Pertanian Badan Litbang Pertanian, Balitbangtan berinisiatif menghasilkan inovasi teknologi yang terbuat dari tanaman babandotan yang terbukti mampu mengurangi gas emisi sebanyak 33,8 persen dan meningkatkan efisiensi pemupukan N.

Ekstrak babandotan diaplikasikan dengan cara menaburkannya pada permukaan lahan sawah sebanyak 10—20 kg/hektare bersamaan pada saat pemberian pupuk N. Manfaat lain dari tanaman babandotan adalah dapat diolah menjadi pestisida dan antiseptik alami sehingga para petani bisa menggunakannya untuk mengendalikan hama yang ada di lahan.