Pertanianku — Hanjeli atau Coix lacyma-Jobi L. merupakan tanaman yang berasal dari Asia Timur dan Malaya. Tanaman hanjeli termasuk jenis tanaman biji-bijian dan beberapa varietas biji hanjeli bisa dimakan. Tanaman ini berpotensi menjadi tanaman pangan karena di dalam biji hanjeli mengandung karbohidrat dan senyawa lain yang dapat berfungsi sebagai obat herbal.
Sebenarnya, nama hanjeli lebih populer di daerah Jawa Barat atau di tengah masyarakat Sunda. Nama umum tanaman biji-bijian ini adalah jali atau jali-jali.
Hanjeli bisa ditanam di berbagai ekosistem lahan pertanian, mulai dari daerah beriklim kering hingga lahan basah seperti di daerah Sumatera, Sulawesi, Kalimantan, dan Jawa.
Ada dua jenis hanjeli yang beredar di Indonesia, yaitu hanjeli batu dan hanjeli berbutir lunak. Jenis yang kedua merupakan hanjeli bertekstur lunak dan umumnya berwarna putih. Jenis inilah yang sering dikonsumsi oleh masyarakat sebagai bahan pangan. Masyarakat lebih mengenalnya dengan sebutan beras hanjeli.
Meskipun sudah cukup terkenal, masih jarang yang membudidayakannya sebagai komoditas pertanian. Hal ini karena faktor pengetahuan yang dimiliki masyarakat terhadap tanaman ini masih terlalu rendah. Padahal, tanaman hanjeli dapat digunakan untuk mengobati kolesterol, darah tinggi, dan sebagai bahan baku pembuatan roti, sop, dan tepung makanan.
Biji hanjeli mengandung karbohidrat sebanyak 71,8 persen, protein 10,89 persen, abu 1,28 persen, dan lemak 5,18 persen. Kandungan protein yang terdapat di dalam biji tanaman ini terbilang lebih tinggi dibanding biji jagung.
Biji hanjeli sering digunakan sebagai campuran beras atau diolah sendiri menjadi nasi hanjel, sebagai campuran sereal dan memang sudah digunakan oleh merek sereal ternama asal Taiwan, diolah menjadi bubur hanjeli yang rasanya mirip seperti bubur kacang hijau, atau difermentasikan seperti tape ketan.
Saat ini masyarakat juga sudah mengolah biji tanaman ini menjadi makanan olahan seperti tape, dodol, bubur, dan sebagainya. Biji hanjeli yang sudah diolah menjadi makanan olahan dapat meningkatkan nilai ekonomi tanaman ini sehingga diharapkan banyak orang tertarik untuk membudidayakannya menjadi bahan pangan alternatif.