Tanda-Tanda Berahi pada Sapi Betina

Pertanianku Berahi pada sapi betina didefinisikan sebagai periode waktu di mana betina mau menerima kehadiran jantan untuk kawin. Dengan kata lain, betina telah aktif seksualitasnya. Dalam program perkawinan alami ataupun inseminasi buatan (IB), Anda harus mengenali tanda-tanda berahi dan faktor-faktor yang mendorong berlangsungnya tingkah laku berahi yang normal.

Berahi pada sapi betina
foto: pixabay

Kadar hormon estrogen yang tinggi mempunyai kaitan dengan pemunculan tanda-tanda berahi. Pemunculan tingkah laku berahi secara sempurna merupakan pengaruh interaksi antara estrogen dan indra. Dalam hal ini terlibat satu gabungan indra penciuman, pendengaran, dan penglihatan.

Indra perasa/sentuhan pun penting pada sapi betina yang melangsungkan perkawinan. Melalui gigitan, jilatan, dan endusan yang merupakan bagian dari percumbuan sebelum kopulasi terjadi. Pada umumnya, sapi betina indukan enggan istirahat dan aktif selama berahi. 

Sapi-sapi betina mempunyai sifat yang unik, di mana cenderung homoseksual sehingga memudahkan dalam deteksi berahi sekalipun tidak ada pejantan. Betina yang berahi akan menyendiri, menaiki temannya, bahkan mungkin juga menciumi vulva. Perilaku lainnya adalah seringkali si betina mengangkat dan mengibas-ibaskan ekornya, serta meninggalkan kelompoknya untuk mencari pejantan.

Betina-betina yang berahi mempunyai vulva yang lembap, lendir bening seringkali tampak keluar dari vulva. Betina yang dalam fase lain dalam siklus berahi bisa jadi menaiki betina lain, tetapi tidak mau jika dinaiki. Oleh karena itu, betina diam dinaiki merupakan tanda tunggal yang kuat bahwa betina dalam keadaan berahi.

Satu kunci sukses dalam deteksi berahi adalah lamanya waktu untuk mengamati betina-betina. Untuk memeriksa tanda-tanda berahi, Anda dianjurkan meluangkan waktu selama minimal 30 menit pada pagi hari dan 30 menit pada sore hari. Tanda-tanda berahi pada sapi betina sebagai berikut.

  1. Ternak gelisah.
  2. Sering berteriak (bahasa Jawanya bengak bengok dalam suara emah emoh).
  3. Suka menaiki dan dinaiki sesamanya.
  4. Vulva bengkak, berwarna merah, bila diraba terasa hangat (3A dalam bahasa Jawa: abang, abuh, dan anget. Atau, 3B dalam bahasa Sunda: beureum, bareuh, dan baseuh).
  5. Dari vulva keluar lendir yang bening dan tidak berwarna.
  6. Nafsu makan berkurang.
  7. Jika dipalpasi perektal, uterus terasa kontraksi, tegang, mengeras dengan permukaan tidak rata, cervik relaksasi dan pada ovarium terdapat folikel de graaf yang membesar dan sudah matang.