Pertanianku — Di tahun ini, Indonesia sedang dihadapkan dengan kemungkinan yang kurang baik seperti resesi ekonomi dan krisis pangan. Hal ini sudah diingatkan oleh Presiden Joko Widodo dan FAO.

Di tengah kondisi tersebut, laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto menurut lapangan usaha di triwulan II 2020, sektor pertanian, kehutanan dan perikanan mengalami pertumbuhan positif di saat 4 sektor penting lainnya mengalami pertumbuhan negatif.
Sayangnya, upah tenaga pekerja di sektor pertanian menduduki posisi terendah dibandingkan 17 sektor lainnya. Hal inilah yang menjadi penyebab minimnya masyarakat untuk tertarik bekerja di sektor pertanian.
“Kita bandingkan seperti ini (antara buruh tani dan buruh bangunan), ini kan mengenaskan. Jadi, upah buruh tani itu hanya 62 persen upah buruh bangunan. Jadi ngapain aku jadi petani, sudah jadi buruh bangunan saja ya, kan. Karena upah buruh bangunan jauh lebih tinggi dibanding ketika saya bekerja di sektor pertanian,” tutur Prof. Dr. Dwi Andreas Santosa, M.S, Guru Besar IPB saat mengisi webinar Bincang-Bincang Wisma Hijau saat memperingati Hari Pangan Sedunia pada Jumat (16/10).
Andreas juga mengatakan, indikator lainnya yang menyebabkan minimnya minat masyarakat untuk bertani adalah penurunan kesejahteraan petani. Hal ini tergambar dari nilai tukar petani (NTP) yang selalu menurun tajam selama 20 tahun terakhir.
“Nilai tukar petani ini maknanya apa, petani menghasilkan produk lalu nilai jual dari produk tersebut dibandingkan dengan produk-produk yang harus mereka beli dari luar,” jelas Andreas.
Di tengah pandemi dan krisis ekonomi, ternyata kesejahteraan petani mengalami penurunan. Hal ini terlihat dari NTP petani. NTP petani pada 2020 merupakan NTP terendah selama 6 tahun terakhir.
Di antara beberapa sektor pertanian, sektor hortikultura dan sektor peternakan mengalami penurunan yang sangat tajam. Sementara itu, untuk sektor tanaman pangan dan tanaman perkebunan rakyat masih mengalami kondisi yang relatif baik.
“Sedangkan peternakan ini juga, sedulur-dulur kita juga yang di sektor peternakan kita sudah sering dengar, bahkan sekarang ini harga daging ayam merosot lagi dan ini jauh sekali dengan rata-rata 6 tahun sebelumnya. Dia paling rendah dan jauh sekali,” jelas Andreas.