Tantangan Umbi Porang yang Masyhur di Pasar Ekspor

Pertanianku — Belakangan ini porang menjadi topik perbincangan yang hangat di tengah pelaku agribisnis. Bagaimana tidak, umbi porang yang dahulu tidak terkenal, tiba-tiba naik daun karena permintaan ekspor porang yang tinggi ditambah dengan harga jual yang bagus. Tak heran, banyak orang penasaran dengan umbi yang sekilas mirip kentang, tetapi berukuran besar.

ekpsor porang
foto: Trubus

Pasar komoditas umbi porang umumnya mancanegara. Melansir dari Majalah Trubus Edisi Desember 2021, Jepang membutuhkan 6.000 ton per tahun. Senior Ekonomi The Japan External Trade Organization (Jetro), Dr. Insan Fathri, mengatakan, Jepang mengenal porang dengan nama umbi konyaku. Sebanyak 80–90 persen kebutuhan porang bisa dipenuhi oleh produksi dalam negeri, sedangkan 10–20 persen dipenuhi dari impor yang didominasi dari Tiongkok.

Ekspor porang dari Indonesia ke Jepang masih terbilang sedikit, yaitu hanya 4 persen. Menurut Insan, kecilnya angka ekspor dari Indonesia disebabkan oleh masih tidak banyak eksportir yang bisa memenuhi standar proses pengolahan yang sudah ditetapkan. Mutu standar porang yang diekspor dilihat dari kandungan air dan zat penggumpal.

Mengutip dari Majalah Trubus Edisi Desember 2021 yang membahas “Peluang Besar dan Tantangan Porang”, banyak eksportir yang tidak mengupas kulit umbi sehingga menghasilkan chip yang kurang bagus. Padahal, importir membutuhkan chip porang yang bersih tanpa noda.
Kementerian Pertanian mencatat pada 2020 ekspor porang mencapai Rp923,6 miliar. Tingginya nilai ekspor tersebut membuat komoditas ini masuk ke program Gerakan Tiga Kali Lipat Ekspor (Gratieks). Bahkan, Presiden Joko Widodo, meminta untuk memasukkan porang sebagai komoditas andalan baru di Indonesia.

Potensi ekspor porang terus meningkat setiap tahunnya. Pada 2018, volume ekspor dari Jawa Timur mencapai 5,51 ton dengan nilai sekitar Rp207,3 miliar. Selanjutnya, pada 2019 volume ekspor meningkat 7 persen menjadi 6 ton dengan nilai sekitar Rp297 miliar. Pada 2020 kenaikan volume terjadi lagi menjadi 10 ton dengan nilai Rp499,08 miliar.

Melansir dari Indonesia.go.id, Kementan sudah menyiapkan roadmap budidaya dan ekspor porang untuk 2020–2024. Targetnya, pada 2024 luas lahan budidaya mencapai 100 ribu hektare dengan potensi ekspor sebesar 92 ribu ton chips kering. Dalam roadmap tersebut tercatat target luas lahan budidaya porang 2021 adalah 47.641 hektare.

Pengembangan komoditas umbi yang sedang naik daun ini dilakukan melalui sejumlah strategi, yaitu peningkatan ketersediaan dan penggunaan benih varietas unggul, menerapkan good agricultural practices di tingkat petani, penyediaan pupuk sesuai kebutuhan, dan mendukung prasarana irigasi.