Tata Cara Pembenihan Ikan Patin

Pertanianku – Ikan patin merupakan ikan air tawar yang banyak dikonsumsi masyarakat. Permintaan ikan patin di Indonesia cukup tinggi. Ikan patin juga terkenal sebagai salah satu jenis ikan yang baik untuk dibudidayakan karena memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Tidak sedikit para petani ikan beralih membudidayakan ikan patin karena dirasa lebih mendatangkan keuntungan dibanding jenis ikan lainnya.

Tata Cara Pembenihan Ikan Patin

Bagi Anda yang berniat memulai bisnis budidaya ikan patin, terdapat beberapa syarat yang harus dilakukan terlebih dahulu. Berikut penjelasannya.

  1. Pilihlah tanah yang paling cocok sebagai kolam patin, yaitu tanah liat yang tidak berpori. Tanah jenis ini bisa menahan jumlah air yang banyak dan tidak mudah bocor.
  2. Usahakan pengairan kolam berlangsung mudah. Upaya ini bisa dilakukan membuat kolam dengan kemiringan hingga 5% agar gravitasi dapat bekerja dengan baik.
  3. Jika Anda ingin membudidayakan di sungai, pilih sungai yang berarus lambat.
  4. Jangan biarkan air kolam keruh, harus jernih dan bersih agar tidak timbul jamur.
  5. Usahakan suhu air pada periode penetasan telur berkisar 26—28 derajat Celsius saja. Ini karena larva tidak kuat pada suhu dingin dan terlalu panas.
  6. Pastikan ph atau keasaman air berada pada rentang 6,5—7 saja.

Pembenihan patin

Pada proses pembenihan ikan patin, ada beberapa hal yang perlu dilakukan, yaitu upaya dalam menghasilkan benih unggulan dengan ukuran dan target yang sudah ditetapkan. Benih bisa didapatkan melalui dua cara. Pertama, menangkapnya langsung dari alam (sungai) menggunakan jala atau jaring saat musim kemarau. Kedua, membeli di beberapa tempat penjualan benih. Setelah dapat, benih harus dirawat selama 2 minggu dan jangan terkena sinar matahari.

Benih jangan langsung ditebar, pelihara dulu sekitar 1 bulan. Setelah itu, benih baru bisa dipindahkan ke kolam. Berikut langkah-langkah proses pembenihan ikan patin.

  1. Pemilihan induk yang sudah siap pijah
  2. Pemberian hormon kelenjar hipofase dari donor
  3. Kawin suntik
  4. Pengurutan
  5. Penetasan
  6. Perawatan larva
  7. Pendederan
  8. Panen

Untuk perawatan indukan ikan patin sendiri, harus diperhatikan jenis dan jumlah pakan dan juga kondisi kolam. Ini karena kolam tanah dan keramba akan berbeda kondisinya. Kepadatan induk harus berkisar berat 4—5 kg dalam 1 meter persegi luas kolam perawatan. Berikan pakan tambahan berupa pelet berprotein 25% dengan jumlah 3%. Frekuensi pemberiannya 3 kali. Pemberian pakan utama keong mas dan kijing sebanyak 10%, yang diberikan 2 kali dalam seminggu.

Untuk melakukan pemijahan ikan patin, Anda harus memahami teknik pemijahan dengan benar. Pemijahan hanya dilakukan secara kawin suntik di kolam pemijahan. Ini karena ikan patin sangat sensitif terhadap kondisi lingkungan kawin alaminya. Oleh karena itu, kawin suntik dapat menjadi solusi. Kawin suntik dilakukan dengan mengambil hormon perangsang dari donor ikan mas dan kemudian disuntikkan ke tubuh patin agar siap memijah.

Jangan biarkan telur berserakan setelah pemijahan. Sediakan wadah penampung telur atau kakaban. Sebelumnya, persiapkan sperma jantan dalam NaClc. Keluarkan telur induk betina dan aduk dengan sperma jantan secara perlahan dengan bulu ayam selama setengah menit. Setelah itu, telur bisa ditebar di akuarium.

Untuk penetasan, pakai akuarium berukuran sedang atau kolam penetasan dan pemeliharaan. Isi akuarium dengan air bersih setinggi 30 cm. Pastikan suplai oksigen cukup. Suhu air diatur 28—30 derajat Celsius dengan memasang pemanas. Dalam waktu 18—28 jam telur akan menetas. Telur yang tidak menetas perlu dibuang dengan cara mengganti air baru setelah 10 jam penetasan. Lakukan penyortiran atau penyiponan benih yang hidup dan mati.

Pemeliharaan larva dilakukan dengan memberi makan artemia pada larva yang berusia 2—9 hari. Pada usia 10 hari larva dapat diberi pakan cacing sutra, kemudia usia 14—21 hari diberi cacing utuh. Pastikan penyiponan dan pembersihan air akuarium setiap 2 hari.