Pertanianku — Edamame dapat didefinisikan sebagai kedelai berbiji sangat besar yang dipanen muda dalam bentuk polong segar dan dipasarkan dalam bentuk segar (fresh edamame) atau dalam keadaan beku (frozen edamame). Di Indonesia, edamame mulai ditanam pada 1990 di Gadog, Bogor. Banyak yang penasaran bagaimana teknik budidaya kacang edamame ini. Yuk, simak ulasan berikut ini.
Teknik budidaya
Persiapan lahan untuk tanaman edamame dapat dilakukan tanpa pengolahan tanah bila ditanam di sawah setelah padi dan pengolahan tanah. Pada tanah dengan keasaman kurang dari 5,5 seperti tanah podsolik merah-kuning, harus dilakukan pengapuran untuk mendapatkan hasil tanam yang baik.
Kapur dapat diberikan dengan cara menyebar di permukaan tanah, kemudian dicampur sedalam lapisan olah tanah 15 cm. Pengapuran dilakukan 1 bulan sebelum musim tanam dengan dosis 2—3 ton per hektare. Diharapkan pada saat musim tanam kapur sudah bereaksi dengan tanah, dan pH tanah sudah meningkat sesuai dengan yang diinginkan.
Waktu tanam yang tepat pada masing-masing daerah sangat berbeda. Bila ditanam di tanah tegalan, waktu tanam terbaik adalah permulaan musim penghujan. Bila ditanam di tanah sawah, waktu tanam paling tepat adalah menjelang akhir musim penghujan.
Di lahan sawah dengan irigasi, edamame dapat ditanam pada awal sampai pertengahan musim kemarau. Jarak tanam untuk penanaman dengan ukuran 20—40 cm dan yang biasa dipakai adalah 30 cm × 20 cm, 25 cm × 25 cm, atau 20 cm × 20 cm. Benih ditanam dengan cara ditugal, kemudian masukkan benih 2—3 biji per lubang tanam.
Sebelum dilakukan kegiatan penanaman, terlebih dahulu dilakukan pemupukan. Pemupukan ini meliputi pupuk kandang, pupuk dasar, dan pupuk susulan. Penebaran pupuk kandang dilakukan 5—7 hari sebelum tanam, disebar rata di atas permukaan bedengan, dengan dosis 10—20m3 pupuk kandang per hektare.
Penebaran pupuk dasar anorganik dilakukan 2—3 hari sebelum tanam dengan cara disebar merata di atas bedengan dan diaduk sampai tercampur dengan tanah. Pupuk dasar yang digunakan secara umum adalah urea 50—75 kilogram per hektare, ZK 50—75 kilogram per hektare, dan SP36 150—250 kilogram per hektare.
Pemupukan susulan dilakukan untuk mencukupi kebutuhan hara pada masa pertumbuhan, yaitu masa pertumbuhan vegetatif atau sebelum fase pembungaan (umur 14—20 HST). Takaran pupuk susulan secara umum adalah urea 25—50 kilogram per hektare, ZA 50—75 kg/ha, ZK 50—75 kilogram per hektare.