Pertanianku — Manusia dengan segala kepintaran yang dimilikinya, berusaha mendapatkan sesuatu lebih baik. Dengan pemanfaatan teknologi diupayakan, akan memudahkan dan menjadi solusi permasalahan hidup. Demikian pula halnya dengan teknologi di bidang pangan. Kini, sudah tersedia teknologi dan teknik modifikasi gen dengan lebih cepat, murah, dan akurat.

Namanya adalah Clustered Regularly Interspaced Short Palindromic Repeats (CRISPR).
“Teknologi [CRISPR] bisa membuat kita mengubah DNA dan genetik dengan lebih cepat dan lebih akurat,” ujar Dr. Mark Tizard, senior ilmuwan dari badan peneliti CSIRO di Australia.
Bagi Dr. Heather Bray dari University of Adelaide, masih ada perdebatan soal perkembangan modifikasi gen dalam 40 tahun terakhir.
“Saya merasa menjadi saksi dalam sejarah, meski masih belum mengerti, kemana hal ini akan mengarah,” ujar peneliti senior dari Jurusan Sejarah tersebut.
Lantas, jika melihat dari kesejahteraan hewan, apakah merasa bisa hidup lebih nyaman dan senang jika gen mereka dimodifikasi?
Tony Bifin, peternak susu dari Biffin, New South Wales, Australia, mengaku tidak mengikuti perkembangan dari teknik modifikasi gen. Tapi, ia peduli soal genetik.
“Kita membutuhkan waktu lama untuk mempertahankan genetik yang murni. Secara umum sapi-sapi ini memproduksi susu yang banyak kandungan protein, dan secara fisik memiliki tanduk yang besar,” ujarnya.
Terkadang, tanduk itu dipotong secara manual oleh peternak. Hal itu karena bisa berisiko peternak diseruduk oleh sapi, menyerang binatang lain. Tapi, proses ini mungkin saja menyebabkan rasa kesakitan bagi sapi-sapi yang dipotong tanduknya.
“Sapi dengan tanduk sama seperti manusia yang membawa senjata kemana-mana, dan ini menyulitkan banyak peternak lainnya,” ujar Tony.
Dengan teknologi CRISPR ini nantinya bisa saja ‘diciptakan’ sapi-sapi tanpa tanduk. Dr. Alison Van Eenannaam dari University of California Davis, di Amerika Serikat sedang mengusahakan hal ini dan ia terlibat dalam program dengan perusahaan ‘Recombinetics’.
“Menggunakan gabungan jenis sapi, yang mengambil salah satu sel dan mengubah gen yang menumbuhkan tanduk,” ungkap Dr. Alison.
Sapi-sapi ini kemudian dikawinsilangkan dan Dr. Alison mengaku, sudah ada enam ekor sapi tanpa tanduk yang dihasilkan.
Dr. Tizard mengatakan membutuhkan masukan dari sejumlah pihak dan pakar yang paham benar soal teknologi apa yang dipakai. Hal itu dilakukannya dalam upaya menanggapi perkembangan modifikasi gen saat ini dan mencari tahu bagaimana masa depannya, termasuk untuk masalah peraturan.
“Hingga tingkat tertentu akan ada konflik kepentingan yang tak bisa dihindarkan. Kita memiliki anggota independen dalam komite yang terlibat dalam melihat aspek hukum dan etika dalam peraturan modifikasi gen,” katanya.
Ada pula anggota dalam komite tersebut yang memastikan kesehatan dan keselamatan warga dan lingkungan Australia.