Pertanianku — Pare terkenal sebagai sayuran yang memiliki rasa pahit, tetapi khasiatnya untuk kesehatan cukup menakjubkan. Walaupun rasanya pahit, banyak orang yang bersedia mengonsumsinya demi kesehatan. Nah, agar lebih menyehatkan, bisakah kita membudidayakan tanaman pare secara organik? Tentu saja bisa.
Persiapan bibit
Jika Anda ingin memulai membudidayakan pare secara organik, hal pertama yang disiapkan adalah bibit pare atau bahan tanam pare. Bibit dapat dibeli di toko pertanian atau secara online. Namun, tetap perhatikan bungkus dan kemasan bibit.
Jika memilih bibit dari buah langsung, Anda dapat memilih jenis pare yang sudah matang, tetapi pare tersebut haruslah matang di pohon. Ambil biji dari daging buah, lalu cuci dan hilangkan lendirnya.
Persiapan lahan dan pengolahan tanah
Setelah menyediakan bibit, Anda dapat mengolah dan mempersiapkan lahan. Penanaman dapat menggunakan lahan sawah, tegalan, ataupun ladang. Hal yang harus diperhatikan adalah persiapan dan pengolahan dilakukan minimal 7 hari sebelum penanaman. Setelah itu, lahan dibersihkan total dari gulma atau rumput-rumput liar.
Setelah selesai, cangkul tanah hingga gembur dan halus kurang lebih sedalam 30 cm, gunanya agar oksigen dalam tanah terputar. Buat guludan atau bedengan selebar 200 cm, sedangkan panjang dikondisikan sesuai lahan. Lalu, buat parit antara guludan sebesar 40—60 cm dengan ketinggian maksimal 50 cm dan jarak lubang tanam standarnya 60 cm atau 80 cm.
Teknik penanaman dan frekuensi penyiraman
Tanaman pare termasuk tanaman yang bandel atau tidak terlalu rewel, tetapi jika penanamannya salah bisa saja tidak akan menghasilkan tanaman dan hasil yang baik. Untuk penanaman, ada dua teknik yang dapat dilakukan. Pertama, langsung menanam benih ke ladang. Kedua, menggunakan perantara polibag.
Penggunaan teknik tergantung kondisi lahan dan cuaca. Jika penanaman dilakukan pada musim hujan, bisa langsung ditanam di ladang karena resapan air di tanah melimpah. Akan tetapi, ketika musim kemarau, benih sebaiknya ditanam di polibag terlebih dahulu.
Jika sudah 15—20 hari, tanaman dapat dipindah ke lahan. Untuk penyiraman dapat dilakukan 2 kali sehari ketika pagi dan sore. Jika tanaman sudah mulai membesar, kurangi frekuensi penyiraman.