Pertanianku – Di alam, patin memijah di awal atau sepanjang musim hujan. Hal ini berhubungan erat dengan bertambahnya volume air yang biasanya terjadi pada musim hujan, meningkatnya kualitas air, serta ketersediaan jasad renik (pakan alami). Pada musim hujan, terjadi peningkatan kedalaman air yang dapat merangsang ikan patin memijah. Pada kondisi demikian, induk jantan dan betina yang telah matang gonad akan berimigrasi mengikuti aliran sungai untuk melakukan perkawinan di hulu-hulu sungai atau di sungai-sungai besar dan memijah di tempat yang terlindungi/teduh. Perkembangbiakan patin terjadi secara ovipar (eksternal), yaitu terjadi di luar tubuh.
Bagaimana dengan perkembangbiakan patin di kolam budi daya? Pada dasaranya, patin memang sulit melakukan pemijahan bila tidak di alam karena faktor lingkungan di kolam budi daya sangat berbeda dengan habitat alaminya. Untuk itu, pemijahan patin pada kolam budi daya cenderung dilakukan melalui kawin suntik (induce breeding) pada induk patin. Pada induk patin yang telah dikawin suntik kemudian diurut/streping untuk dikeluarkan telur dan spermanya. Selanjutnya, ikan patin berkembang biak seperti biasa, yakni secara eksternal.
Patin yang dibudidayakan di kolam dapat dikawinkan sepanjang tahun, asalkan dikelola dengan baik dan diperhatikan kematangan gonad dari induk jantan dan induk betinanya. Diketahui bahwa induk patin jantan lebih cepat mencapai matang gonad daripada ikan betina, yakni sekitar umur 1,5 tahun, sedangkan gonad induk betina baru matang pada umur 2,5 tahun.
Kematangan gonad induk patin sangat dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Sebagaicontoh, perkembangan telur dan sperma ikan patin yang hidup di daerah tropis akan lebih cepat daripada patin yang hidup di daerah subtropis. Pada musim hujan setiap 1 kg induk patin siam dapat menghasilkan telur sebanyak 120.000—200.000 butir telur, sedangkan pada musim kemarau setiap kilogram induk hanya menghasilkan telur sekitar 60.000—100.000 butir.
Sumber: Buku Panduan Lengkap Agribisnis Patin