Pertanianku – Risiko bibit gagal atau jelek mencapai 30% dalam setiap pertanaman kelapa sawit (peremajaan) dan baru akan diketahui setelah 4–5 tahun. Dengan teknologi genom, risiko bibit gagal atau jelek berkurang hingga hanya sekitar 0,5%,” ujar Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit, Bayu Krisnamurthi.
Pada perkebunan sawit rakyat, produktivitas mencapai 2–3 ton CPO (minyak sawit) per hektar per tahunnya. Sementara itu, pada perusahaan swasta telah mencapai 5–7 ton CPO per hektar per tahun.
Dengan ‘peta genom lengkap’, dapat diketahui bibit tersebut gagal/jelek dalam waktu dini sehingga dapat segera diganti dengan bibit yang lebih produktif. “Peta genom ini saya rasa bisa mengidentifikasi secara menyeluruh dan ini merupakan sebuah revolusi dalam teknologi karena kegiatan peremajaan saat ini cukup banyak yang mendapatkan kerugian karena kesalahan identifikasi bibit,” tutur Bayu.
Sebagai sumber devisa negara dari sektor pertanian, pengembangan kelapa sawit harus semakin digencarkan, yakni dengan lebih meningkatkan produksi dan produktivitas. Cara yang konvensional, membutuhkan waktu cukup lama sampai bertahun-tahun. Oleh karena itu, mengatasi masalah melalui penelitian di bidang pemuliaan tanaman dan rekayasa genetika (teknologi genom), menjadi solusi yang efektif. Penyaringan genom (Genom Screening) dan pemetaan (Genom Mapping) di bidang teknologi mendeteksi akurasi kemurnian bahan tanam genetik tanaman kelapa sawit untuk benih unggul sangat menarik untuk diterapkan di Indonesia.
Selain itu, teknologi genom dapat mengatasi masalah-masalah lingkungan, yaitu pemanfaatan lahan yang dianggap merusak hutan. Dalam hal ini melestarikan hutan. “Dengan memanfaatkan teknologi genom dapat diupayakan pengembangan kelapa sawit pada lahan terbatas dan kesuburan tanah rendah, namun, dapat menghasilkan produktivitas tinggi sehingga mengurangi penggunaan kawasan hutan,” ujar Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan, Irmidjati R Nurbahar.
Dengan memetakan genetik tanaman kelapa sawit melalui peta genom, diharapkan bisa memperoleh benih kelapa sawit unggul teknik ini memiliki spesifik ciri-ciri antara lain bahan tanam kelapa sawit yang tahan kekeringan, tahan penyakit, bahkan yang mempunyai produktivitas tinggi, yang mempunyai keunggulan dibandingkan bahan tanam kelapa sawit lainnya.
Pertanianku – Risiko bibit gagal atau jelek mencapai 30% dalam setiap pertanaman kelapa sawit (peremajaan) dan baru akan diketahui setelah 4–5 tahun. Dengan teknologi genom, risiko bibit gagal atau jelek berkurang hingga hanya sekitar 0,5%,” ujar Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit, Bayu Krisnamurthi
Pada perkebunan sawit rakyat, produktivitas mencapai 2–3 ton CPO (minyak sawit) per hektar per tahunnya. Sementara itu, pada perusahaan swasta telah mencapai 5–7 ton CPO per hektar per tahun.
Dengan ‘peta genom lengkap’, dapat diketahui bibit tersebut gagal/jelek dalam waktu dini sehingga dapat segera diganti dengan bibit yang lebih produktif. “Peta genom ini saya rasa bisa mengidentifikasi secara menyeluruh dan ini merupakan sebuah revolusi dalam teknologi karena kegiatan peremajaan saat ini cukup banyak yang mendapatkan kerugian karena kesalahan identifikasi bibit,” tutur Bayu.
Sebagai sumber devisa negara dari sektor pertanian, pengembangan kelapa sawit harus semakin digencarkan, yakni dengan lebih meningkatkan produksi dan produktivitas. Cara yang konvensional, membutuhkan waktu cukup lama sampai bertahun-tahun. Oleh karena itu, mengatasi masalah melalui penelitian di bidang pemuliaan tanaman dan rekayasa genetika (teknologi genom), menjadi solusi yang efektif. Penyaringan genom (Genom Screening) dan pemetaan (Genom Mapping) di bidang teknologi mendeteksi akurasi kemurnian bahan tanam genetik tanaman kelapa sawit untuk benih unggul sangat menarik untuk diterapkan di Indonesia.
Selain itu, teknologi genom dapat mengatasi masalah-masalah lingkungan, yaitu pemanfaatan lahan yang dianggap merusak hutan. Dalam hal ini melestarikan hutan. “Dengan memanfaatkan teknologi genom dapat diupayakan pengembangan kelapa sawit pada lahan terbatas dan kesuburan tanah rendah, namun, dapat menghasilkan produktivitas tinggi sehingga mengurangi penggunaan kawasan hutan,” ujar Sekretaris Direktorat Jenderal Perkebunan, Irmidjati R Nurbahar.
Dengan memetakan genetik tanaman kelapa sawit melalui peta genom, diharapkan bisa memperoleh benih kelapa sawit unggul teknik ini memiliki spesifik ciri-ciri antara lain bahan tanam kelapa sawit yang tahan kekeringan, tahan penyakit, bahkan yang mempunyai produktivitas tinggi, yang mempunyai keunggulan dibandingkan bahan tanam kelapa sawit lainnya.