Pertanianku — Direktur Jenderal Hortikultura Prihasto Setyanto mengatakan bahwa lahan pertanaman bawang merah di Kabupaten Enrekang telah menjadi salah satu daya tarik dari daerah tersebut. Pasalnya, pada malam hari areal pertanaman tersebut memancarkan cahaya yang indah. Cahaya tersebut berasal dari teknologi light trap yang digunakan untuk mengendalikan hama sekaligus berfungsi sebagai penerangan di malam hari.

Prihasto mengungkapkan bahwa Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo telah memberikan instruksi secara langsung agar Kabupaten Enrekang menjadi sentra produksi bawang nasional.
Mentan menginginkan petani Enrekang menjadi contoh bagi petani di daerah-daerah lainnya. Pasalnya, lahan pertanian di Enrekang dipenuhi bebatuan. Namun, dengan kegigihan para petani setempat, daerah tersebut dapat menghasilkan bawang untuk diekspor ke Vietnam, Taiwan, Malaysia, dan Timor Leste.
“Iya betul, Pak Menteri menginginkan adanya sentra-sentra komoditas hortikultura yang baru khususnya cabai dan bawang, agar ke depan kita bisa menggenjot ekspor hortikultura. Petani-petani di daerah lain harus studi banding ke Enrekang jika ingin sukses bertani bawang, bayangkan tanah berbatu seperti di Kecamatan Cakke ini saja bisa memproduksi bawang merah hingga 10—15 ton per hektare. Bukan hanya terkenal sebagai pelaut ulung, orang Bugis-Makassar memang terkenal ulet, tangguh, dan pantang menyerah dalam segala hal, termasuk bertani. Ini harus kita contoh,” jelas Prihasto seperti dikutip dari laman hortikultura.pertanian.go.id.
Sementara itu, Bupati Enrekang Muslimin Bando ingin menjadikan Kabupaten Enrekang sebagai sentra bawang nasional dengan melakukan pompanisasi. Sebab, Enrekang merupakan daerah pegunungan yang tidak memiliki sumber air yang cukup untuk mengairi lahan pertanian. Oleh karena itu, diperlukan teknologi untuk mengalirkan air dari sungai yang berada di bawah.
“Hampir rata-rata petani kita itu mengambil air dari sungai di bawah, lalu dipompanisasi naik nanti di atas itu kita bangun embung-embung. Makanya Kabupaten Enrekang itu sangat membutuhkan banyak embung dan pompanisasi, tapi kita tidak ragulah karena ada Kementan untuk membantu,” ungkap Muslimin.
Pemkab Enrekang dengan Kementan telah bersinergi untuk mengembangkan kawasan sayuran dan tanaman obat meliputi kawasan bawang putih 15 hektare, kawasan kentang 10 hektare, kawasan bawang merah 30 hektare, kawasan aneka cabai 25 hektare, pengadaan benih bawang putih 15 hektare, pengadaan benih kentang 10 hektare, dan pengadaan benih bawang merah 30 hektare. Pengembangan tersebut menggunakan dana APBN 2021 sebesar Rp2,4 miliar.
Berdasarkan data produksi Kementan 2020, Kabupaten Enrekang tercatat menempati posisi ke-5 sebagai sentra produksi utama, mengungguli Kabupaten Probolinggo (Jawa Timur) yang berada di urutan ke-6.