Pertanianku – Indonesia merupakan salah satu negara di Asia yang turut mengembangkan produksi nila. Dengan potensi sumber daya alam yang relatif besar dibandingkan dengan negara Asia lainnya, pertumbuhan produksi ikan jenis tilapia di Indonesia masih tergolong rendah. Bahkan, dengan jumlah penduduk yang menduduki rangking empat terbesar di dunia, potensi pasar domestik masih sangat terbuka.
Hingga saat ini, pembesaran ikan nila masih layak untuk dikembangkan dalam suatu unit usaha. Hal itu karena harga jual ikan ini di pasar domestik sangat menggiurkan. Sebagai contoh, harga nila hitam di Jawa Barat ukuran konsumsi (200—250 g/ekor) sekitar Rp9.000,00— 10.000,00. Sementara itu, untuk nila merah bisa mencapai angka Rp12.000,00 untuk ukuran 250—300 g/ekor.
Hingga saat ini, beberapa pasar di daerah seperti Jawa Tengah, Jawa Barat, dan Padang masih kekurangan pasokan. Hampir 80% dari produk nila terserap untuk pasar lokal. Belum lagi peluang pasar untuk ekspor. Salah satu pasar ekspor yang masih terbuka adalah Amerika Serikat dan Jepang. Permintaannya bergerak naik dari tahun ke tahun. Dengan masih terbukanya pasar, pada intinya merupakan peluang dan tantangan bagi para pembudidaya nila di Indonesia, terutama segmen pembesaran.
Negara-negara bagian Amerika merupakan produsen tilapia yang relatif kecil bila dibandingkan dengan Cina dan negara-negara Asia lainnya. Namun, AS merupakan pasar yang tumbuh pesat sehingga mendukung pertumbuhan budi daya tilapia. Pada tahun 1998, sekitar 80% kebutuhan pasar AS terpenuhi dari produk impor. Pada tahun 1998, AS mengimpor 43.000 ton, sedangkan produksi domestik hanya 8.200 ton dengan kisaran harga on farm US$2,20—6,60/kg. Pada November 2008, volume ekspor mencapai 3.248.046 kg dengan nilai US$12,44 juta.
Sumber: Buku Pembesaran Nila 2,5 Bulan