Ternyata Singkong Mengandung Racun Sianida, Begini Ciri-cirinya

Pertanianku — Tahukah Anda bahwa umbi singkong mengandung racun senyawa glikosa sianogenik yang dinamakan linamarin. Senyawa tersebut sangat mudah bereaksi dengan lemak. Peningkatan suhu dapat menyebabkan reaksi yang terjadi semakin cepat. Reaksi tersebut akan menghasilkan protein dengan hidrogen-sianida (HCN) yang dikenal sebagai racun.

singkong mengandung racun
foto: Pertanianku

Namun, Anda tidak perlu khawatir karena singkong tetap aman dimakan dan tidak menyebabkan keracunan. Pasalnya, tidak semua singkong mengandung kadar racun sianida yang tinggi. Cara untuk mengetahui mana singkong beracun dan tidak, terbilang mudah. Sebagian besar masyarakat Indonesia, khususnya yang gemar mengonsumsi bahan pangan ini pasti sudah paham.

Singkong dengan kandungan racun yang tinggi biasanya memiliki tangkai daun berwarna sangat merah. Jika umbi tersebut dikupas, umbi terlihat berwarna merah, bukan putih.  Hindari juga singkong yang memiliki bercak warna biru karena bercak tersebut menjadi pertanda bahwa kandungan HCN di dalam umbi tersebut tinggi dan tidak bisa berkurang meski sudah dicuci dan dimasak.

Umbi dengan kadar sianida yang tinggi lebih dari 50 mg/kg memiliki rasa yang pahit apabila dikonsumsi. Berbeda dengan singkong dengan kadar racun yang rendah di bawah dari 50 mg/kg, umbinya akan terasa manis saat dikonsumsi dalam keadaan segar. Semakin tinggi kadar sianida, akan semakin pahit rasa umbi tersebut.

Singkong dengan kadar HCN yang tinggi lebih sering digunakan untuk industri tepung tapioka. Hal ini karena umbi tersebut mengandung pati yang sangat banyak. Namun tenang saja, industri tersebut sudah menerapkan proses pengolahan yang baik sehingga kadar HCN-nya sudah jauh berkurang.

Ada beberapa umbi singkong yang awalnya terasa manis ketika dikonsumsi, tetapi lama-kelamaan rasanya berubah menjadi pahit di lidah. Jika terjadi hal seperti itu, segera berhenti mengonsumsinya dan perbanyak minum air putih.

Kadar racun di dalam singkong dapat dikurangi dengan proses perendaman. Singkong yang akan diolah sebaiknya direndam terlebih dahulu di dalam air selama beberapa saat. Proses perendaman tersebut dapat mengurangi kadar racun sianida di dalam umbi. Hal ini karena HCN merupakan asam yang larut di dalam air.

Tak jarang banyak kasus keracunan yang muncul akibat mengonsumsi singkong dengan kadar HCN yang tinggi atau proses pengolahan yang dilakukan salah. Gejala keracunan yang muncul antara lain penurunan tekanan darah, denyut nadi cepat, pusing, sakit kepala, sakit perut, diare, kebingungan mental, muntah, berkedut, dan kejang-kejang.

Jika hal tersebut sudah terjadi, segera berikan pertolongan pertama berupa arang aktif dengan dosis sesuai petunjuk. Jika sulit mendapatkan arang aktif, berikan rangsangan agar korban ingin muntah, lalu segera bawa korban ke rumah sakit untuk mendapatkan penanganan medis.