Pertanianku — Anda seorang vegetarian sudah pasti menyukai brokoli. Pertanyaannya, pernahkah Anda menemukan brokoli dalam kemasan kaleng?

Brokoli berwarna hijau adalah jenis sayuran yang bagus untuk dikonsumsi karena memiliki manfaat menyehatkan. Brokoli juga memiliki rasa yang cukup enak, apalagi brokoli termasuk ke dalam 33 makanan sehat yang memiliki banyak kandungan gizi.
Oleh karena itu, tak sedikit orang menyimpan sayuran berwarna hijau pekat ini di kulkas atau lemari pendingin untuk dijadikan stok bahan makanan. Akan tetapi, sayuran yang digemari banyak orang ini tidak hadir dalam bentuk kemasan kaleng.
Sementara itu, Anda bisa dengan mudah menemukan sayuran seperti wortel, jamur, atau kentang di hampir semua produk makanan kalengan saat Anda ingin mengonsumsinya. Tapi, tidak dengan brokoli, mengapa demikian?
Seperti diketahui, makanan kalengan bisa tetap segar karena proses pengalengannya menghilangkan oksigen dan menghancurkan enzim terlebih dahulu. Caranya, sayuran direbus sehingga bakteri dan jamur tidak dapat tumbuh begitu wadah tertutup.
Namun, hal itu rupanya bukan cara yang cocok untuk brokoli, yang tak sekeras jagung atau kacang. Merebus brokoli yang bertujuan membunuh bakteri ternyata akan membuat bunga-bunga halus brokoli menjadi hancur kemudian menjadi bubur.
Bayangkan brokoli yang terlalu lama dipanaskan di microwave, bentuknya menjadi berantakan. Nah, seandainya brokoli disajikan dalam bentuk kaleng kemasan, kondisinya akan lebih buruk lagi.
Sayuran kalengan menjalani dua proses pemanasan, sekali sebelum masuk kaleng dan sekali lagi saat air panas ditambahkan ketika mengemasnya. Dengan cara itu, brokoli akan hancur. Akibatnya, alih-alih mendapatkan brokoli renyah saat membuka kaleng, Anda justru akan menemukan bubur brokoli yang tidak menarik untuk ditumis.
Selain itu, tekstur bukan satu-satunya alasan brokoli tak disajikan dalam bentuk kemasan kaleng. Menurut University of Wisconsin, proses pengalengan akan menjadikan warna brokoli kurang bagus dan aromanya yang bisa dibilang tidak enak.