Pertanianku — Menanaman pohon jati bisa dilakukan secara tumpang sari bersama dengan nilam di dalam satu lahan. Cara penanaman ini akan membantu para pemilik kebun pohon jati untuk mengoptimalisasi penggunaan lahan.
Selain pohon nilam, tanaman tumpang sari yang bisa digunakan adalah lada perdu yang tumbuh merambat. Tanaman lada sendiri merupakan tanaman perkebunan yang bernilai ekonomi tinggi. Pohon nilam pun memiliki nilai ekonomis tinggi sama seperti lada. Hanya saja nilam perlu diolah terlebih dahulu untuk mendapatkan minyak nilam yang bisa dijual.
Ada tiga jenis nilam yang bisa dijumpai di Indonesia, di antaranya nilam aceh, nilam jawa, dan nilam kembang. Di antara ketiga jenis nilam tersebut, nilam aceh yang memiliki nilai komersil tinggi karena kadar minyak yang dihasilkan lebih dari 2,5 persen. Artinya, dari 100 kg daun kering yang disuling akan menghasilkan minyak sebanyak 2,5 liter.
Indonesia merupakan penghasil minyak nilam yang disukai oleh banyak negara, seperti Prancis, Jerman, Belgia, Amerika, dan Jepang. Minyak nilam merupakan minyak atsiri yang bisa digunakan sebagai bahan baku beberapa bidang industri.
Minyak atsiri nilam sering digunakan sebagai bahan baku pengikat daya tahan wangi dan sebagai bahan baku pembuatan parfum.
Keunggulan minyak nilam yang jarang dimiliki oleh minyak atsiri yang dihasilkan dari tanaman lain adalah minyak nilam belum bisa dibuat dalam bentuk sintetisnya sehingga industri yang membutuhkan aroma nilam harus benar-benar menggunakan daun nilam.
Karena dari nilai ekonomisnya sangat menjanjikan, tanaman nilam bisa dikembangkan secara tumpang sari dalam pola diversifikasi dengan pohon jati untuk menambahkan pendapatan para pekebun.
Tanaman nilam yang ditanam dalam lahan satu hektare tanaman jati adalah 10.000 pohon. Jika pohon dipelihara secara intensif, bisa menghasilkan produk daun siap suling hingga 2 ton dan minyak yang didapatkan bisa mencapai 50 liter per hektare. Nilam tersebut sudah bisa ditanam pada saat pohon jati berumur 2—3 tahun.
