Pertanianku — Bibit jagung manis sering mendapatkan serangan dari lalat bibit yang berwarna abu-abu. Lalat tersebut adalah Atherigona sp., bagian punggungnya berwarna kuning kehijauan dan bergaris. Pada bagian perutnya berwarna cokelat kekuningan dan panjang lalat bibit bisa mencapai 3—3,5 cm.
Lalat bibit sangat mudah berkembang biak di kelembapan yang tinggi. Oleh karena itu, lalat ini sangat mudah dijumpai pada musim hujan. Siklus hidupnya berlangsung selama 15—25 hari. Satu ekor lalat betina mampu menghasilkan telur hingga sebanyak 20—25 butir. Telur lalat berwarna mutiara dan biasanya ada di daun muda yang berada di bagian bawah.
Telur lalat akan menetas setelah 48 jam. Telur biasanya menetas pada malam hari dan menjadi tempayak. Tempayak akan keluar dari telur dan bergerak menuju titik tumbuh tanaman yang merupakan makanan utama. Tempayak juga bisa bergerak ke bagian atas tanaman setelah menggerek batang bagian bawah dan keluar untuk berpupa di dalam tanah.
Lalat bibit lebih sering dijumpai di Jawa dan Sumatera. Oleh karena itu, jagung manis di daerah tersebut sering mengalami kerusakan akibat hama ini sebanyak 80—100 persen. Artinya, lalat bibit bisa mengakibatkan gagal panen.
Hama ini bisa menyerang tanaman sejak tumbuh hingga sudah berumur satu bulan. Tempayak lalat biasanya menggerek pucuk tanaman dan masuk ke batang tanaman. Lalat sangat menyukai tanaman muda yang masih berumur 6—9 hari setelah tanam untuk meletakkan telurnya. Saat itu, tanaman baru memiliki 2—3 helai daun. Biasanya, lalat meletakkan telurnya di daun pertama.
Tanaman yang sudah terserang hama ini memiliki gejala seperti daun tanaman yang berubah kekuningan, terdapat bekas gigitan di bagian daun atau pucuk daun. Sementara itu, serangan yang sangat berat bisa menyebabkan tanaman menjadi layu dan mati. Hama bisa menyebabkan pertumbuhan tanaman jagung melambat.
Untuk meminimalisir serangan hama lalat bibit, sebaiknya hindari menanam jagung di musim hujan. Selain itu, gunakan varietas yang tahan terhadap serangan lalat, lakukan penanaman serentak dengan selisih waktu maksimal 10 hari, lakukan pergiliran tanaman dengan tanaman lain yang bukan inang lalat, lakukan pencabutan tanaman yang sudah terserang hama, dan jaga kebersihan lingkungan perkebunan dari gulma yang merupakan inang lalat.