Pertanianku — Masa awal penanaman memang terbilang tidak begitu mudah karena harus dilakukan dengan perhitungan yang tepat. Kesalahan penanganan dapat menyebabkan bibit jati yang ditanam mati atau tidak tumbuh dengan maksimal. Tentu saja, hal tersebut akan menyebabkan modal menjadi lebih besar karena Anda harus menyediakan bibit lain.

Kematian bibit jati dapat diminimalisir dengan menentukan waktu tanam yang tepat, yaitu saat awal musim hujan. Berikut ini cara penanaman bibit jati yang benar.
- Pindahan bibit siap tanam ke lahan penanaman.
- Masukkan bibit ke lubang tanam dan sobek kantong polibag dengan hati-hati agar media tanam tidak pecah dan merusak akar bibit.
- Tutup lubang tanam dengan campuran lapisan tanah atas dan tanah bagian bawah, kemudian padatkan dan ratakan.
- Buat guludan agar tidak terjadi genangan air yang dapat menimbulkan pertumbuhan jamur dan bakteri.
Agar pertumbuhan tanaman baik, sebaiknya pilih bibit berkualitas yang diperbanyak secara konvensional atau kultur jaringan. Harga bibit konvensional memang terbilang murah, tetapi produksinya memakan waktu yang sangat lama, bisa mencapai 60–80 tahun. Sementara itu, kultur jaringan memang terbilang lebih cepat tetapi harganya cukup mahal. Biasanya, bibit kultur jaringan dihasilkan oleh institusi pemerintahan atau perusahaan swasta.
Bibit jati yang bagus memiliki ciri-ciri berikut.
- Daya kecambah lebih dari 90 persen dan daya tumbuh anakannya lebih dari 80 persen.
- Batang tumbuh tegak, jumlah daun proporsional, dan tidak terdapat bekas gigitan serangga, ulat, atau hama lainnya.
- Memiliki tinggi yang seragam, warna daun terlihat hijau cerah, dan tidak layu.
Benih tanaman jati bisa disimpan dan dorman karena kulitnya keras. Penyimpanan dapat dilakukan dengan memasukkan benih ke kaleng yang diselimuti arang halus atau sekam kayu. Cara ini bisa membuat benih bertahan selama dua tahun.
Setelah mendapatkan bibit berkualitas, langkah selanjutnya yang perlu Anda perhatikan adalah pemeliharaan tanaman. Pemeliharaan terbagi menjadi dua tahapan, yakni vegetatif dan generatif.
Pada masa pertumbuhan vegetatif, perawatan yang perlu diberikan adalah penyulaman, penyiangan, pemangkasan, dan pemupukan. Sementara itu, pada fase pertumbuhan generatif, perawatan yang diberikan adalah pemangkasan, penjarangan, serta pengendalian hama dan penyakit.