Tips Menempatkan Sangkar Cucakrawa di Siang Hari

Pertanianku – Selain memperhitungkan ketinggian menggantungkan sangkar pada siang hari, ada hal lain yang harus dilakukan sebagai berikut.

Tingkat Kualitas Suara Cucakrawa

  • Dekatkan dengan sumber air

Di habitatnya atau di alam bebas, cucakrawa pada siang hari akan selalu mendatangi sumber air, seperti danau dan sungai. Air tidak hanya dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Lebih dari itu, juga untuk mandi, mencari makanan dan bercengkerama pada saat musin kawin tiba. Artinya, air bagi cucakrawa tidak dapat terpisahkan dari kehidupannya saat di alam bebas.

Pada saat menjadi burung klangenan atau peliharaan, penempatan sangkarnya sangat dianjurkan dekat sumber air. Paling tidak, lingkungannya cukup sejuk untuk membuatnya bisa lebih tenang dan cepat berkicau. Misalnya, dengan menggantungkan sangkarnya dekat kolam ikan (empang), kolam kecil atau kolam buatan, dan dekat kamar mandi. Lingkungan sejuk yang bisa terdengar air mengalir dapat menjadi tempat yang perlu diprioritaskan dalam merawat cucakrawa.

  • Kain penutup sangkar

Kain penutup sangkar fungsinya untuk menutup sangkar agar cucakrawa bisa lebih tenang dalam sangkarnya. Dalam merawat cucakrawa, kain penutup dikenakan begitu lewat tengah hari. Hal ini baik dilakukan pada cucakrawa bakalan liar, anakan, dan terutama yang telah terlatih, mengingat aktivitasnya sudah jauh berkurang. Khusus cucakrawa yang sudah rajin berkicau dan telah terlatih, biasanya sudah jarang mendatangi tempat makanan dan jarang mau berkicau di sore hari.

Sudah menjadi kebiasaan, cucakrawa istirahat dan tidur sebelum senja menjelang. Jadi, begitu lewat tengah hari atau sekitar jam 3—4, sebaiknya sangkar dikenakan kain penutup sangkar agar kondisinya tetap stabil. Sebelum ditutup sangkarnya, berikan jangkrik atau makanan hidup lainnya. Pastikan makanan tidak terbuang ke dasar sangkar.

Perlakuan seperti itu cukup baik untuk cucakrawa bakalan liar dan anakan pada saat musim hujan. Biasanya, begitu hujan turun, cucakrawa akan berkicau pelan atau ngriwik. Bahkan, kalau kondisinya cukup baik dan tidak terganggu, sesekali cucakrawa bakalan akan melepas suaranya dengan keras. Untuk itu, upaya penutupan sangkar pada siang hari harus dipahami waktu dan tujuannya, agar didapat apa yang diinginkan.

  • Perlakuan pada sangkar yang digunakan

Adapun perlakuan yang dimaksudkan adalah sangkar diberikan sesuatu untuk memberi perlindungan. Misalnya, dengan pemberian kertas koran pada sisi sangkar. Hal itu dimaksudkan untuk membuat cucakrawa bakalan dewasa dan muda hutan bisa lebih tenang dalam sangkarnya. Pada cucakrawa anakan, perlindungan digunakan untuk membatasi pandangannya agar tidak terlalu jinak. Jadi, perlakuan penutupan sisi sangkar hanya ditujukan untuk cucakrawa bakalan liar dan anakan.

Ketenangan yang didapat pastinya akan bisa mempercepat pulihnya kondisi fisik cucakrawa, khususnya bakalan liar. Sisi sangkar yang ditutup sebaiknya tidak semuanya. Sisakan bagian depan yang ada pintu masuknya. Perlakuan seperti ini dapat dilakukan sampai cucakrawa bakalan liar benar-benar sehat. Hal ini ditandai dengan bulunya yang sudah bersih dan rapi. Gerakannya melompat dari dasar sangkar ke tenggeran tidak lagi jatuh dan nafsu makannya cukup tinggi. Pada cucakrawa anakan sebaiknya sampai sifat manjanya tidak terlihat lagi. Hal itu dicirikan, ia tidak mau turun dari tenggeran saat melihat kita melewati atau mendatangi sangkarnya.

  • Jarak penempatan sangkar

Ketentuan jarak yang paling baik dalam merawat cucakrawa adalah dengan mengukur suara kokrokan-nya saat dia berlompatan. Pada dasarnya, cucakrawa yang dipelihara tidak boleh berdekatan. Bahkan, tidak boleh saling melihat. Hal itu bertujuan agar cucakrawa saling memancing dan cepat berkicau. Selain itu, cucakrawa harus saling dijauhkan dan jangan sampai saling melihat. Sebagian kalangan penggila cucakrawa menakutkan berkicaunya berpasangan. Terlepas dari itu semua perlu ada pengecualian pada cucakrawa bakalan liar dan anakan yang baru dipelihara. Sangkar sementara waktu boleh saling didekatkan. Adapun tujuannya untuk membuatnya lebih nyaman dan pemulihan kondisi fisiknya bisa berjalan lancar, khususnya untuk cucakrawa bakalan liar. Perlakuan seperti ini bisa dilakukan sampai cucakrawa ada yang mulai belajar berkicau (ngriwik) atau di antaranya ada yang sudah melepas suaranya sesekali dengan cukup keras baru saling dijauhkan. Penempatan sangkar yang saling berdekatan untuk sesama cucakrawa minimal sampai kondisinya benar-benar sehat. Untuk jarak sangkar dengan burung berkicau jenis lain yang dijadikan pendamping, diupayakan paling dekat berjarak 2 meter. Agar cucakrawa lebih tenang disangkarnya

  • Waspadai angin dan hujan

Sebelumnya sudah dijelaskan berkaitan dengan lingkungan, baik menyangkut suhu udara dan gangguan yang bisa memperburuk kondisi cucakrawa. Faktor lain yang masih berhubungan dengan hal tersebut adalah terpaan angin kencang dan tampiasan curah hujan yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Kedua hal tersebut perlu diwaspadai, mengingat kondisi fisik cucakrawa cukup rentan pada gangguan kesehatan dan pada dasarnya sangat menyukai air saat di alam bebas.

Terpaan angin yang berlebihan dan tampiasan hujan saat musim hujan. Keduanya apabila tidak dihindari bisa berpengaruh buruk pada kesehatan cucakrawa, apalagi yang masih bakalan. Untuk itu, dalam menggantungkan sangkar, sedapat mungkin menghindari kemungkinan buruk yang dapat terjadi. Perlakuan seperti menutup sangkar cucakrawa dengan kertas dan sejenisnya sudah cukup memadai untuk menghindari terjadinya hal tersebut. Sangkar yang dibiarkan terbuka akan berakibat buruk saat terjadi hujan. Tampiasan yang mengenai tubuhnya akan merangsang cucakrawa untuk mandi. Hal seperti ini harus dihindari. Terkecuali, burung tersebut sudah cukup lama dipelihara dan sudah terbiasa kena air hujan. Namun, tetap disarankan untuk menghindarkan cucakrawa dari terpaan angin yang berlebihan dan tampiasan air hujan.

 

Sumber: Buku Agar Cucakrawa Rajin Berkicau