Pertanianku – Perawatan yang tepat dibutuhkan agar pertumbuhan lele bisa optimal. Pada usaha pembesaran lele, peternak kadang kala memberikan pakan yang berlebihan. Akibatnya, kadar amonia di kolam menjadi tinggi. Kasusnya paling lazim ditemukan pada padat tebar tinggi > 350 ekor/m2. Kematian ikan bisa mencapai 20%. Sebagai contoh, Saloki, salah satu peternak lele di Indramayu, Jawa Barat, menjumpai kematian lelenya hingga 20%.
Bayangkan dari kolam 10 m x 8 m yang ditebar 12.000 bibit, dalam dua bulan seharusnya mengantongi hasil panen sekitar 1,1 ton. Kenyataannya Saloki hanya memanen rata-rata 900 kg. Dengan selisih 1,5 kuintal panen harga jual minimal Rp11.000,00 Saloki merugi sekitar Rp1,65 juta.
Ada beragam cara yang dapat dipilih oleh peternak untuk mengatasi kendala tersebut. Salah satunya dengan mengganti air kolam minimal 30% dan maksimal 50% sebulan menjelang masa panen. Cara lain, yaitu mengganti air kolam tiga kali sebanyak 30% pada bulan pertama budi daya. Berikutnya di bulan ke-2 sebanyak 5 hari sekali dengan volume penggantian air serupa. Hasilnya kematian lele nihil.
Trik lainnya yaitu memakai probiotik. Cara ini terbilang paling mudah karena pembudidaya tinggal menyiramkan cairan ke kolam atau dengan mencampurkannya melalui pakan. Namun, pembudidaya harus teliti melihat komposisi probiotik yang dipakai. Idealnya, komposisi bakteri aktif yang terkandung antara lain bakteri Nitrosomonas sp. dan Nitrobacter sp. Penggunaannya dapat diberikan bersamaan dengan pemberian pakan. Setiap 10 ml probiotik dicampurkan dengan 1 kg pakan. Cara ini akan berdampak kuat bila dikombinasikan dengan pemberian vitamin C dan B kompleks, masingmasing dua butir untuk 1 kg pakan. Pakan campuran ini cukup diberikan seminggu sekali.
Sumber: Buku Agriflo Lele