Pertanianku — Kehadiran virus dan penyakit menjadi salah satu kendala dalam kegiatan bercocok tanam. Pada budidaya bawang merah kedua parasit tersebut memang kerap menyerang tanaman bawang. Terlebih lagi jika benih bawang merah yang ditanam tidak berkualitas, penyebaran virus yang berasal dari benih akan menyebar dengan cepat.
Baru-baru ini terdapat sebuah penelitian yang dilakukan oleh Balai Penelitian Tanaman Sayuran, yang berlokasi di Lembang, Bandung, Jawa Barat, ini hampir 90 persen bawang merah di Brebes, Jawa Tengah tertular virus. Serangan virus ini memang tidak mematikan. Namun, dampaknya adalah merosotnya produksi andalan Kabupaten Brebes ini.
Sebagaimana melansir sinartani, salah satu cara jitu memotong siklus virus tersebut adalah dengan mengaplikasikan teknik penanaman bawang merah dari biji. Namun, ternyata cara tersebut juga tak berhasil. Banyak petani gagal mengaplikasikan teknologi tersebut.
Awalnya, penggunaan TSS memberikan secercah harapan bagi petani. Pertama, benih tersebut bebas patogen tular (virus, bakteri, dan jamur). Kedua, dapat mencukupi kebutuhan benih bermutu. Ketiga, menghemat biaya distribusi. Keempat, lebih kuat disimpan hingga 2 tahun. Kelima, praktis karena hanya perlu 4—7 kg benih per hektare (ha)
Namun, ternyata aplikasi di lapangan tidak semudah teori. Penanaman TSS di lahan produksi sering gagal. Pernah dicoba dengan menyemai dulu, ternyata saat umur 40 hari dipindah tanam hanya menghasilkan 50%. Faktor lainnya adalah mengubah kebiasaan petani yang menanam dengan umbi ke TSS juga tak mudah.
Untuk mengatasi masalah tersebut peneliti di BPTP Jawa Tengah, yakni Bambang Prayudi, Retno Pangestuti, dan Aryana Citra Kusumasari memperkenalkan teknologi perbenihan bawang merah dengan biji melalui produksi umbi mini.
Dengan mengaplikasikan teknik umbi mini, keragaan pertumbuhan tanaman sangat baik dan berpotensi menghasilkan benih bawang merah bermutu tinggi, berdaya hasil tinggi dan bebas patogen termasuk virus. Jarak tanam terbaik untuk menghasilkan umbi mini adalah 10 cm (1,6 g/m²). Bahkan, masih dapat ditingkatkan kerapatannya hingga 2 gram per m² untuk meningkatkan persentase produksi umbi mini.
Produksi rata-rata ketiga varietas tersebut mencapai 2,8 kg/m² umbi basah atau setara 1,5 kg umbi kering/m². Dengan asumsi dalam setahun dapat diproduksi 3 kali tanam umbi mini, hasil ini setara dengan 25,65 ton/ha umbi mini kering yang telah siap tanam.