Pertanianku — Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) menyatakan bahwa stok ayam ras secara nasional masih aman. Hal ini disebabkan oleh beberapa upaya stabilisasi perunggasan nasional yang telah dilakukan oleh Ditjen PKH.

Salah satu upaya yang telah dilakukan ialah mengatur dan mengendalikan laju produksi DOC FS melalui cutting HE fertil. Pengendalian tersebut telah terbukti mampu memperbaiki harga liverbird di tingkat peternak.
“Dampaknya dari cutting HE fertil, ketersedian DOC FS ayam ras broiler mengalami penyesuaian sehingga terkoreksi pada harga livebird yang mengalami kenaikan akibat permintaan DOC yang tinggi untuk kebutuhan lebaran Idulfitri,” papar Nasrullah Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan seperti dilansir dari laman ditjennak.pertanian.go.id.
Upaya lain yang telah dilakukan ialah memberikan perlindungan kepada peternak UMKM. Setiap perusahaan pembibit harus memprioritaskan distribusi DOC FS untuk eksternal farm dengan harga acuan yang sesuai oleh Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag).
Pemerintah terus mendorong perusahaan terintegrasi utnuk memaksimalkan pemotongan livebird di Rumah Potong Hewan Unggas (RPHU) dan mendistribusikannya ke beberapa saluran distribusi yang ada untuk menjaga stabilitas harga daging ayam di tingkat konsumen menjelang Idulfitri.
“Daging ayam yang dipotong di RPHU memenuhi kriteria ASUH (Aman, Sehat, Utuh, dan Halal) dan harganya kompetitif dibanding daging ayam di pasar becek,” ujar Nasrulah.
Nasrullah menjelaskan bahwa pemerintah terus melakukan pengawasan terhadap dinamika perunggasan nasional. Misalnya, pada pelaksanaan cutting HE dan afkir dini. Pengawasan tersebut bertujuan memastikan bahwa pelaksanaannya telah dilaksanakan sesuai dengan SOP.
Pengawasan tersebut dilakukan secara cross monitoring (antarperusahaan pembibit ayam ras). Pengawasan juga dilakukan oleh tim dari Ditjen PKH, UPT lingkup Ditjen PKH yang tersebar di seluruh daerah, dan melibatkan Dinas Provinsi/Kabupaten terkait.
Nasrullah menjelaskan bahwa dinamika yang terjadi pada dunia perunggasan disebabkan oleh beberapa faktor. Misalnya, lebih dari 80 persen ayam potong yang beredar dalam bentuk hidup (livebird), sedangkan harga livebird sangat dipengaruhi oleh volume supply di kandang dan pangkalan ayam. Faktor lainnya adalah pola konsumsi yang musiman dan rentan terhadap isu.
Menjelang bulan puasa 2021 harga daging dan telur ayam terpantau mengalami kenaikan 13 persen. Harga tersebut mengalami penurunan 5 persen setelah memasuki 1—3 minggu di bulan puasa dan diprediksi akan mengalami peningkatan sebesar 15 persen menjelang hari raya Idulfitri.