Pertanianku — Kalimantan Selatan (Kalsel) telah menyiapkan beberapa langkah strategis untuk mengantisipasi dampak perubahan iklim. Dengan begitu, Kalsel optimis untuk meningkatkan produksi padi 2022.
![perubahan iklim](https://www.pertanianku.com/wp-content/uploads/2021/03/Budidaya-Padi-Tanpa-Benih-Cukup-Tanam-Sekali-Panen-Berkali-kali.jpg)
Kepala Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Kalimantan Selatan, Syamsir Rahman, menjelaskan, fenomena La Nina yang berlangsung hingga Februari 2022 dapat memengaruhi produksi padi di Kalsel. Pasalnya, diperkirakan akan terjadi genangan yang cukup tinggi di lahan tanam sehingga mengurangi luas tanam, terutama di lahan rawa pasang surut. Oleh karena itu, Kalsel akan menerapkan program meningkatkan luas tanam. Program tersebut dilaksanakan dengan peningkatan produktivitas dan peningkatan luas panen.
“Upaya lainnya yang juga penting adalah percepatan tanam, peningkatan mutu produksi dan penguatan kelembagaan tani,” papar Syamsir seperti dilansir dari laman pertanian.go.id.
Direktur Jenderal Tanaman Pangan, Suwandi, menjelaskan, di tahun baru ini Kalsel bersama jajaran dinas kabupaten/kota akan melakukan langkah-langkah yang dapat mendongkrak produksi dan kesejahteraan petani. Kalimantan Selatan merupakan provinsi dengan sektor pertanian yang terbesar di Kalimantan. Oleh karena itu, Kalsel menjadi daerah sentra dan andalan sehingga perlu dipacu lagi dengan ide-ide kreatif.
“Tantangannya adalah daerah-daerah rawa harus dioptimalkan hasil dan indeks pertanaman, kemudian area sawah bagaimana intensitas dan produktivitas naik. Tantangan yang dihadapi pada masa pandemi adalah gangguan distribusi baik input output sehingga pupuk menjadi mahal di tingkat petani tapi harga di dunia masih lebih mahal lagi,” terang Suwandi.
Kepala Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Ballitra) Kalimantan Selatan, Agus Hasbianto, menjelaskan, lahan rawa merupakan bagian penting. Ballitra telah menyiapkan teknologi inovatif untuk mengoptimalisasi pemanfaatan lahan rawa. Inovasi tersebut di antaranya advance technology (teknologi frontier) berbasis bioscience dan bioengineering serta mempercepat diseminasi hasil pertanian lahan rawa.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, telah menegaskan di berbagai kesempatan tentang kondisi iklim yang ekstrem.
Kondisi tersebut membuat program yang sudah pernah ada tidak bisa dilakukan lagi. Untuk itu, Syahrul meminta kepada kepala daerah untuk menggali dan meningkatkan produksi pertanian di daerah masing-masing.
“Setiap daerah harus bisa memproyeksikan kebutuhan pangan dalam jangka menengah dan panjang demi mengantisipasi tantangan perubahan iklim yang mengancam produksi pangan ke depan,” tutur Syahrul.