Usaha Budidaya Jahe Merah, Pria ini Raup Untung Hingga Rp30 Juta

Pertanianku – Seorang pria bernama M. Hadi memutuskan untuk menjadi seorang pembudidaya jahe merah. Bahkan, ia rela melepas jabatannya sebagai salah seorang terapis di salah satu rumah sakit pemerintah di Jakarta demi mewujudkan mimpinya sebagai pembudidaya tanaman herbal.

Menurut Hadi, biasa ia disapa, prospek usaha budidaya tanaman herbal sangat bagus karena saat ini orang semakin arif dalam memilih produk yang aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. Gaya hidup sehat dengan slogan “Back to Nature” telah menjadi tren baru. Selain itu, mengonsumsi obat alami dari tanaman herbal juga tergolong murah.

Untuk memulai usaha, ia memperkaya informasi seputar tanaman herbal yang ia pelajari terlebih dahulu. Hadi memulai usaha budidaya tanaman herbal seperti jahe merah, kunyit, temulawak, temu putih, empon-empon, dan lain-lain sejak 2005 lalu. Saat itu, ia merogoh kocek sekitar Rp10 juta untuk membeli bibit tanaman, peralatan, dan perlengkapan budidaya seperti cangkul, gembor, pupuk kandang, dan sekam.

Untuk lahan budidaya, sudah ia miliki sebelumnya di kawasan Ciseeng, Parung, dan Jonggol, Bogor, Jawa Barat. “Keseluruhan luasan lahan adalah 4 Ha. Sebanyak 2,5 Ha ditanam jahe merah, budidaya kunyit luasnya sekitar 500 m2 dan sisanya untuk lahan pelatihan tanaman herbal serta untuk tanam bergilir antara kunyit dan jahe merah,” tutur Hadi.

Hadi membudidayakan beberapa tanaman herbal seperti kunyit, jahe merah, temulawak, temu putih, dan lain-lain. Masing-masing jenis memiliki manfaat tertentu seperti kunyit biasa dipakai sebagai bahan obat tradisional, bahan baku industri jamu dan kosmetik, bumbu masak, peternakan, dan lain-lain. Rimpang tanaman kunyit bermanfaat sebagai anti-inflamasi (menghentikan pendarahan), anti-oksidan, menurunkan kadar lemak darah dan kolesterol, sebagai pembersih darah, dan sebagainya.

Produk yang dijual Hadi berupa rimpang (umbi) segar dari tanaman kunyit dengan variasi harga tergantung grade atau tingkatan kualitas. Misalnya, kunyit terdiri atas tiga grade. Grade I adalah kunyit yang tergolong besar berukuran sekitar 5 gram/pcs, yang dijual seharga Rp12.000 per kg. Untuk kunyit Grade I digunakan Hadi untuk membuat produk olahan minuman herbal sendiri, tetapi tak jarang pula ada permintaan untuk kunyit grade ini.

Selanjutnya adalah kunyit dengan Grade II kira-kira berukuran 3 gr/pcs, dan biasanya permintaan untuk kunyit ini datang dari industri pembuatan jamu di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Barat. Harga yang dipatok Hadi untuk kunyit Grade II Rp6.000—Rp7.000 per kg. Yang terakhir adalah kunyit Grade III terdiri atas rimpang kecil yang dipasarkan ke pasar-pasar tradisional. Untuk kunyit jenis ini, Hadi membanderolnya seharga Rp3.000 per kg.  Atas penjualannya ini, Hadi pun telah berhasil mendapatkan keuntungan 3 kali lipat dari modal awal menjadi Rp30 juta.

Dalam setiap budidaya, kendala dari segi penyakit merupakan momok yang lazim ditemui. Namun, Hadi jarang mengalami kendala yang berarti.

“Budidaya tanaman herbal sangat mudah, tidak perlu perawatan berlebih, dan jarang saya menemukan penyakit yang fatal di kebun saya. Kendala hanya dari cuaca karena kita tak bisa memprediksi. Solusinya paling saya pasang mulsa saja agar saat musim hujan air tidak akan banyak masuk ke bedengan sehingga kelembapan tanaman bisa terjaga. Tinggal bagaimana pintar-pintarnya kita merawat tanaman,” tutup Hadi.