Pertanianku — Kedondong laut atau Polyscias fruticosa sering disebut oleh orang Jawa sebagai cikra-cikri. Beberapa orang mengenal tanaman ini dengan sebutan daun berlangkas. Tanaman ini merupakan perdu yang tingginya mencapai 6 m. Batang tanaman tegak, bulat, dan berwarna hijau kekuningan. Kedondong laut berguna untuk mengusir bau badan dan mengatasi sulit buang air kecil. Bagian yang digunakan adalah daun tanaman.

Tanaman cikra-cikri sudah banyak dibudidayakan di Indonesia. Daunnya sering digunakan sebagai lalapan atau sebagai tanaman hias. Ketika daun cikra-cikri dikunyah akan menghasilkan daun dan rasa tajam yang sangat khas, mirip daun kemangi.
Untuk mengatasi bau badan, daun cikra-cikri bisa dimakan sebagai lalapan matang. Sementara itu, untuk mengatasi kencing batu, buang air kecil sakit, atau empedu berbatu bisa menggunakan rebusan daun dan akar tanaman.
Di dalam bagian akar tanaman mengandung triterpenoid yang berkhasiat mengatasi penyakit seperti kencing batu atau sulit buang air kecil.
Selain di Indonesia, tanaman cikra-cikri dibudidayakan di negara-negara Asia lainnya. Daun tanaman sering digunakan sebagai tonik, antiradang, antibakteri, dan antioksidan.
Khasiat lain dari tanaman cikra-cikri ialah mengatasi gangguan pada saluran pencernaan. Sementara itu, akar tanaman bermanfaat mengatasi permasalahan diuretik, antidisentri, dan menyembuhkan penyakit rematik.
Meskipun khasiatnya sangat banyak, tanaman ini lebih sering dimanfaatkan sebagai tanaman hias dan bumbu. Tanaman hias cikra-cikri sangat cocok untuk membuat pekarangan rumah terlihat lebih asri. Tanaman ini sering ditemui di rumah-rumah desa.
Hingga saat ini belum ditemukan literatur yang membahas efek samping penggunaan tanaman cikra-cikri sebagai obat herbal. Namun, Anda tidak disarankan untuk menggunakannya dengan dosis yang berlebihan sebelum berkonsultasi dengan herbalis atau dokter.
Penggunaan daun cikra-cikri juga tidak boleh dilakukan dalam jangka waktu panjang karena bisa menyebabkan penurunan nafsu makan dan minum. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada tikus, 100—200 mg per kg berat badan daun berlangkas bisa menyebabkan kematian pada hewan tersebut.