Vaksinasi Pada Peternakan Ayam Non-Organik

Pertanianku – Peternakan berbasis non-organik menggunakan obat-obatan berbahan baku kimia sebagai upaya meningkatkan kekebalan tubuh ayam terhadap penyakit serta memacu pertumbuhan ayam. Obat-obatan kimia yang biasa digunakan pada usaha peternakan ayam non-organik contohnya adalah vita chick (vitamin dan mineral), vita stres, fortevit, tyfural, ampicol, dan lain-lain. Pada peternakan ayam non-organik, pemberian vaksin, antibiotik, serta obat-obatan pemacu petumbuhan untuk penggemukan ayam dan pencegah stres, disinyalir meninggalkan residu pada daging dari bahan kimia sintetis yang terkandung di dalamnya.

Vaksinasi pada peternakan non-organik

Residu tersebut dapat menimbulkan bermacam-macam penyakit degenerasi, seperti timbulnya sel kanker/tumor. Pada usaha peternakan ayam yang menggunakan obat-obatan kimia, dosis yang diberikan harus tepat. Selain itu, dalam kegiatan vaksinasi hendaknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut.

  1. Ayam yang divaksin harus dalam keadaan sehat.
  2. Vaksinasi dilakukan pada pagi atau sore hari.
  3. Pada saat melakukan vaksinasi, hindari adanya vaksin yang tercecer. Hal ini dapat mengakibatkan vaksin akan menjadi bibit penyakit baru.
  4. Pemberian vaksin melalui air minum hendaknya memuasakan ayam terlebih dahulu selama dua jam. Gunakan pula air yang berasal dari air sumur atau air artetis, bukan air dari PAM/PDAM.
  5. Vaksin yang tersisa lebih dari empat jam tidak dapat dipakai lagi sehingga harus dibuang.
  6. Vaksin harus terlindung dari sinar matahari langsung.
  7. Vaksin yang digunakan belum kadaluarsa. Lakukan pengecekan pada kemasan.
  8. Berikan dosis yang tepat.
  9. Simpan vaksin di tempat yang dingin.
  10. Lakukan vaksinasi secara teratur.

Vaksinasi pada peternakan ayam bertujuan untuk mencegah penyakit tetelo (New castle Disease, ND), gumboro, dan flu burung (Avian Influenza, AI). Beberapa vaksin yang digunakan untuk mencegah penyakit ND yaitu vaksin strain F, strain K, dan strain RIVS2. Vaksin RIVS2 memiliki keunggulan tahan panas dan memiliki daya sebar yang kuat. Dengan begitu, pemberian vaksin cukup dilakukan pada beberapa ekor ayam saja sudah dapat menyebar ke ayam-ayam lain yang tidak divaksinasi. Kontak penyebaran bisa melalui pernafasan. Selain itu, vaksin ini juga bersifat imunogenik yang dapat merangsang ayam memproduksi zat antibodi sehingga ayam memiliki kekebalan yang lebih tinggi terhadap penyakit ND. Dengan menggunakan vaksin RIVS2, jumlah ayam yang divaksinasi hanya sekitar 50% saja dari populasi yang ada. Vaksinasi dapat dilakukan melalui tetes (mulut, mata, dan hidung) suntikan, atau air minum, tergantung dari jenis vaksin yang digunakan.

Program vaksinasi untuk meningkatkan daya tahan tubuh ayam terhadap penyakit ayam buras umur 1—120 hari.

Sumber: Buku Ayam Buras Pedaging