Pertanianku — Serai wangi termasuk tanaman yang dapat menghasilkan minyak atsiri yang didapatkan dari proses penyulingan daun. Di dunia perdagangan, minyak atsiri tanaman ini dikenal dengan nama Citronella oil. Kualitas minyak yang dihasilkan bergantung pada tiga faktor, yakni varietas unggul serai wangi, teknik budidaya, dan proses penyulingan.

Cheppy Syukur, Peneliti Badan Litbang Pertanian di Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat (Balittro) mengatakan bahwa masih banyak petani atau pembudidaya yang masih belum mengenal varietas unggul serai wangi. Bahan yang digunakan masih belum jelas asal-usulnya sehingga hasil yang didapatkan tidak maksimal.
“Mengapa kita harus mengutamakan bahan tanaman? Karena bahan tanaman merupakan awal untuk menghasilkan suatu produk yang sesuai dengan harapan kita, yaitu minyak dari daun serai wangi,” papar Cheppy seperti dikutip dari laman litbang.pertanian.go.id.
Cheppy menerangkan bahwa Balittro sudah memiliki varietas unggu serai wangi sejak 1992, varietas tersebut adalah serai wangi 1. Pada 2015 Balittro kembali merakit dua varietas unggul yang bernama Sitrona 1 Agribun dan Sitrona 2 Agribun. Dengan demikian, saat ini Balittro sudah memiliki 3 varietas serai wangi.
Sitrona 1 Agribun dapat menghasilkan daun basah sebesar 2,597 gram per rumpun dengan produksi minyak yang mencapai 506,93 kg/hektare/tahun. Kandungan rendemennya mencapai 1,5 persen, sitronela 54,54 persen, dan geraniol 85,24 persen. Minyak atsiri yang dihasikan varietas ini terbilang jernih agak kekuningan.
Varietas selanjutnya, Sitrona 2 Agribun mampu memproduksi daun basah seberat 2,932 gram/rumpun dengan produksi minyak yang mencapai 508,94 kg/hektare/tahun. Kandungan rendemennya mencapai 1,83 persen, sitronela 55,92 persen, dan geraniol 89,91 persen. Warna minyak yang dihasilkan jernih kuning.
Cheppy menjelaskan bahwa tanaman serai wangi memiliki dua tipe, yakni Lenabatu dan Mahapengiri. Lenabatu memiliki bentuk rumpun dengan tinggi yang mencapai 2 meter dan pangkal daun ramping. Tekstur daun tipe ini agak kaku dan mudah patah.
Sementara itu, tipe Mahapengiri memiliki bentuk rumpun yang pendek dan kecil, tingginya hanya sekitar 40—70 cm dengan pangkal daun membesar. Tekstur daun tanaman lemas dan agak sulit patah. Ketiga varietas unggul yang dimiliki oleh Balittro merupakan tipe Mahapengiri.
“Banyak tanaman serai wangi yang produksinya rendah karena menggunakan klon yang campur atau tanaman lokal sehingga perlu diperbaiki dengan menanam kembali dengan varietas-varietas unggul sehingga produksinya bisa lebih baik,” tutur Cheppy.