Wereng Pucuk Teh Masih Jadi Momok Bagi Petani Teh

Pertanianku — Hingga saat ini teh masih menjadi komoditas perkebunan yang penting. Indonesia merupakan negara penghasil teh terbesar ke-7 di dunia. Luas areal kebun teh di Indonesia mencapai 111.116 hektare dan produksinya mencapai 129.832 ton. Sayangnya, masih banyak pekerjaan rumah tangga untuk perkebunan teh di Indonesia, salah satunya serangan hama wereng pucuk teh (Empoasca sp.) yang dapat merugikan petani.

wereng pucuk teh
foto: Pixabay

Hama wereng pucuk teh pertama kali diidentifikasi di Indonesia pada 1998. Melansir dari laman ditjenbun.pertanian.go.id, kala itu hama ini menyerang perkebunan teh di Gunung Mas Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat. Serangan tersebut sangat cepat meluas dan mengakibatkan penurunan produksi pucuk teh. Penyebaran disebabkan oleh kondisi cuaca, yakni curah hujan, suhu, dan faktor abiotik.

Wereng pucuk teh menyerang tanaman dengan cara mengisap daun teh sehingga menyebabkan bagian tepi daun keriting, layu, dan menguning. Daun yang sudah terserang akan mengalami penurunan kualitas karena kandungan di dalamnya seperti theaflavin, thearubigin, kafein, substansi polimer tinggi, dan fenol berkurang. Padahal, kandungan-kandungan tersebut yang berperan dalam menentukan cita rasa teh.

Ukuran tubuh hama ini tergolong sangat kecil, serangga dewasa hanya berukuran 2,5 mm dan berwarna hijau kekuningan. Meskipun ukurannya kecil, serangan hama ini bisa menyebabkan produksi berkurang sebanyak 15–20 persen per tahun. Bahkan, produksi bisa menurun hingga 50% bila serangannya berat. Tak heran, banyak petani teh yang pusing karena hama ini dapat menimbulkan dampak buruk yang berat.

Lazimnya, pekebun menggunakan pestisida kimia untuk mengendalikan hama wereng pucuk teh. Namun, penggunaan pestisida kimia tidak boleh dilakukan terus-menerus, apalagi tidak sesuai dengan aturan. Penggunaan pestisida kimia yang tidak bijak dapat menyebabkan resistensi dan resurjensi serta residu yang tertinggal pada produk teh. Saat ini sudah banyak negara importir yang menolak produk dengan kadar residu di atas batas maksimum.

Petani teh harus melakukan kegiatan monitoring agar serangan hama dapat diidentifikasi dengan tepat, termasuk dengan kategori serangannya yang terbagi menjadi serangan ringan, sedang, dan berat. Tiap kategori serangan membutuhkan perlakuan yang berbeda-beda.

Umumnya, pengendalian hama wereng pucuk teh bisa dilakukan dengan menanam benih yang sehat, sanitasi kebun, menggunakan pola tanam tepat, menanam intercrop, memperkuat tanaman dengan pupuk KCl dosis 150 kg/hektare/tahun, menggunakan alat penangkap manual yakni lem serangga, memanfaatkan musuh alami, menggunakan pestisida nabati berbahan aktif azadirachtin, mengaplikasikan MS APH, mempercepat pertumbuhan tunas, dan aplikasi insektisida sesuai dengan tingkat serangan.