Pertanianku – Seorang pembudidaya ikan lele asal Banyuwangi, Jawa Timur, bernama Agus Riyanto, sukses dan berhasil berkat usaha budidaya ikan lele yang beromzet miliaran rupiah per bulan. Usaha budidaya ikan lele yang telah beberapa rahun ia geluti kini semakin berkembang.
Berawal dari modal sekitar Rp50 juta pada saat itu, Agus bertekad untuk membangun usahanya. Pada awalnya, Agus membangun 28 petak kolam dan bibit ikan.
“Saya termotivasi kembali ke desa, sebelumnya saya sudah punya bengkel dan finance di Surabaya. Ingin pulang kampung dan membangun desa,” jelas Agus saat ditemui di rumahnya di Banyuwangi, Senin (19/9/2016).
Sejak kembali ke desanya pria yang akrab disapa Agus lele itu terpacu untuk meningkatkan pendapatannya. Akhirnya, ia memilih budidaya ikan lele karena memang di desanya sumber air melimpah.
Dalam menjalankan usaha budidaya ikan lele, Agus menerapkan sistem ‘central drain’ untuk menghemat air yang digunakan. Tak hanya itu, ia juga memberikan pakan dan konsentrat yang berkualitas sehingga hasilnya maksimal dan memenuhi standar.
“Kami beri pakan full pelet dengan kandungan protein di atas 30% dan vitamin, sirkulasi airnya juga selalu bersih. Sehingga dijamin hasil lelenya beda lebih kenyal dan enak bahkan untuk dibuat fillet dan sushi juga bagus,” ujar Agus.
Dengan sistem itu, dalam setahun Agus bisa mendapat 3 kali panen dengan hasil maksimum 3 ton untuk setiap petak kolam. Untuk bibit dan pakan membutuhkan modal Rp30 juta, sedangkan dalam satu kali panen ia mendapatkan uang Rp42 juta untuk tiap empat petak.
“Jadi ada keuntungan Rp12 juta per empat petak. Jika ada 28 petak tinggal mengalikan sendiri,” ungkapnya.
Produksi lelenya itu Agus gunakan untuk memenuhi kebutuhan Banyuwangi, Surabaya, dan Bali. Agus juga membentuk Komunitas Ekonomi Lokal untuk saling bertukar pikiran dan menjaga pasokan untuk memenuhi kebutuhan pasar.
“Keuntungannya kalau komunitas harga jualnya kita diambil harga lebih tinggi dibanding pasar. Misalnya harga jual pasar Rp16.500 kita beli dari komunitas selisih Rp1.000, jadi membangun kepercayaan sekaligus meminimalisir tengkulak,” paparnya.
Tak hanya menjual dalam bentuk mentah, Agus juga mengolah ikan hasil produksinya. Agus menyebut ikan lele yang diolahnya merupakan ikan dengan ukuran yang terlalu besar untuk dijual.
“Kalau lokal kan ukuran satu kilogram maksimal isi 7—8 ekor, kalau untuk diolah kita pakai yang satu kilogram isi 5—6 ekor. Kita buat bakso, nugget, tempura, fillet, dan crispy. Ternyata pasar lebih suka crispy dan nugget, jadi kita dua macam saja sekarang,” tutup Agus.