Pertanianku — Tahukah Anda negara mana yang dijuluki sebagai produsen kentang terbesar di dunia? Pasti belum banyak orang yang mengetahui bahwa Tiongkok adalah negara yang memproduksi kentang sekitar 25 persen kebutuhan kentang dunia.
Kentang menjadi tanaman pokok keempat di Tiongkok setelah beras, gandum dan jagung. Berdasarkan data resmi Departemen Pertanian Tiongkok, pada 2014 Tiongkok telah mengembangkan sekitar 5,6 juta hektare tanaman kentang dan menghasilkan lebih dari 95 juta ton kentang per tahun.
Salah satu wilayah Guyuan di Provinsi Hebei, Tiongkok tengah, mendapat julukan sebagai basis utama produksi kentang Tiongkok dan ditandai dengan iklim kering dan sedikit akses untuk lalu lintas. Sebanyak 89% persen dari 1,5 juta penduduknya adalah petani dan sebagian di antara mereka hidup dalam kemiskinan absolut.
Kentang ditanam di Guyuan dengan lahan seluas 0,2 juta ha dan output produksi 4,5 juta ton. Guyuan saat ini memiliki lebih dari 2.000 perusahaan pengolahan kentang. Sejumlah perusahaan grosir dan asosiasi pengiriman kentang mengirimkan kentang segar ke-17 provinsi, termasuk Hong Kong dan Makau serta Taiwan dan beberapa negara Eropa.
Produksi kentang Tiongkok semakin berkembang pesat. Peningkatan ini juga didukung oleh kondisi pasar kentang yang terus tumbuh dan lebih menguntungkan daripada tanaman lain seperti tanaman biji-bijian, kacang-kacangan, tanaman minyak, dan kapas.
Para petani kentang bisa memperoleh keuntungan dua kali lipat dibandingkan membudidayakan tanaman biji-bijian. Selain itu, daya serap industri pengolah kentang juga terus meningkat sehingga permintaan bahan baku kentang juga melonjak.
Pengolahan pati kasar merupakan komponen yang paling penting dari industri pengolahan kentang di Tiongkok, tetapi industri pengolahan lainnya seperti keripik dan kentang goreng juga ikut andil memperluas daya serap produksi kentang.
Namun, bukan berarti pertanian kentang di Tiongkok berjalan tanpa hambatan.
Salah satu hambatan terbesarnya adalah sumber daya plasma nutfah yang tidak memadai untuk pengembangan kultivar, kurangnya bibit kentang berkualitas tinggi, dan terbatasnya akses ke peralatan untuk budidaya mekanis, penanaman, pemupukan, penyemprotan, dan panen.
Hingga ini masih banyak petani kentang yang menggunakan bibit hasil sisa panen sebelumnya karena tidak mampu membeli bibit bersertifikat. Selain menurunkan produktivitas, cara ini juga rentan terhadap penyakit karena virus dan bakteri.
Oleh karena itu, Kementerian Pertanian Tiongkok telah mengembangkan penelitian plasma nutfah kentang dan mengembangkan produksi bibit kentang berkualitas dengan harga yang terjangkau.