Pertanianku – Secara genetik, ikan nila GIFT (Genetic Improvement for Farmed Tilapia) terbukti memiliki keunggulan pertumbuhan dan produktivitas yang lehih tinggi dibandingkan dengan jenis ikan nila lain. Selain itu, ikan nila mempunyai sifat omnivora sehingga dalam budidayanya akan sangat efisien, biaya pakannya rendah.
Padahal, komponen biaya pakan dalam usaha budi daya mencapai 70% dari biaya produksi. Sebagai perbandingan nilai efisiensi pakan atau konversi pakan (Food Conversion Ratio), ikan nila yang dibudidayakan di tambak atau karamba jaring apung adalah 0,5—1,0; sedangkan ikan mas sekitar 2,2—2,8.
Pembenihan ikan nila dapat dilakukan secara massal di kolam secara terkontrol (pasangan) dalam bak-bak beton. Pemijahan secara massal ternyata lebih efisien karena biaya yang dibutuhkan relatif lebih kecil dalam memproduksi larva untuk jumlah yang hampir sama.
Lahan atau kolam untuk pembenihan nila dibagi dalam dua kelompok, yaitu kolam pemijahan dan kolam pendederan. Kolam-kolam sebaiknya dibuat dengan pematang yang kuat, tidak porous (rembes), ketinggian pematang aman (minimal 30 cm dari permukaan air), sumber pemasukan air yang terjamin kelancarannya, dan luas kolam masing-masing 200 m2. Di samping itu, perlu diperhatikan juga keamanan dari hama pemangsa ikan seperti anjing air, burung hantu, kucing, dan lain-lain. Oleh karena itu, dianjurkan agar lingkungan perkolaman bebas dari pohon-pohon yang tinggi dan rindang. Dengan begitu, sinar matahari pun dapat masuk ke kolam.
Indukan ikan nila mempunyai bobot rata-rata 300 g/ekor. Perbandingan betina dan jantan untuk pemijahan adalah 3:1 dengan padat tebar 3 ekor/m2. Pemberian pakan berbentuk pelet sebanyak 2% dari bobot biomassa per hari dan diberikan tiga kali dalam sehari. Induk ikan ini sebaiknya didatangkan dari instansi resmi yang melakukan seleksi dan pemuliaan calon induk seperti Balai Penelitian Perikanan Air Tawar sehingga kualitas kemurnian dan keunggulannya terjamin.
Induk nila betina dapat matang telur setiap 45 hari. Setiap induk betina menghasilkan larva (benih baru menetas) pada tahap awal sekitar 300 g sebanyak 250—300 ekor larva. Jumlah ini akan meningkat sampai 900 ekor larva sesuai dengan pertambahan bobot induk betina (900 g). Setelah selesai masa pemijahan dalam satu siklus (45 hari), induk-induk betina diistirahatkan dan dipisahkan dari induk jantan selama 3—4 minggu dan diberi pakan dengan kandungan protein di atas 35 %.
Setelah dua minggu masa pemeliharaan adaptasi di kolam, biasanya induk-induk betina mulai ada yang beranak, menghasikan larva yang biasanya masih berada dalam pengasuhan induknya. Larva-larva tersebut dikumpulkan dengan cara diserok memakai serokan yang terbuat dari kain halus dan selanjutnya ditampung dalam happa ukuran 2×0,9×0,9 m3. Pengumpulan larva dilakukan beberapa kali dari pagi sampai sore. Usahakan larva yang terkumpul satu hari ditampung minimal dalam satu happa.