Pertanianku — The 2nd International Conference Aquaculture Biotechnology (ICAB) 2018 berlangsung Kamis (11/10) di IPB International Convention Center, Botani Square, Bogor. Pada konferensi ini disebutkan bahwa akuakultur merupakan industri sektor pangan global yang paling cepat berkembang.
Konferensi internatsional yang digelar oleh Departemen Budidaya Perairan (BDP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB ini menghadirkan pakar profesional di berbagai bidang ilmu akuakultur dan industri.
Para pakar itu adalah Dr. Thavasimuthu Citarasu (Manonmaniam Sundaranar University, India), Prof. Dr. Yuji Oshima (Kyushu University, Japan), Dr. Kartik Baruah (Swedish University of Agricultural Scienses, Sweden), dan PD Dr. Habil Sonja Kleinerts (DAAD Fellow Faculty of Fisheries and Marine Science IPB).
Presentasi dan hasil-hasil penelitian (oral dan poster) yang disampaikan oleh para peneliti dari berbagai perguruan tinggi/universitas dan lembaga penelitian itu mencakup berbagai aspek penerapan bioteknologi dalam akuakultur. Termasuk sistem produksi, genetika ikan dan reproduksi, nutrisi ikan, pengelolaan kesehatan ikan dan pengelolaan lingkungan budidaya, sistem dan manajemen budidaya.
Konferensi ini juga membahas kebijakan yang ditujukan untuk meningkatkan dan mempercepat pengembangan industrialisasi akuakultur. Oleh karena itu, konferensi ini terbuka bagi siapa saja yang memiliki minat kuat dalam bidang akuakultur.
Dr. Thavasimuthu Citarasu menyebut, akuakultur adalah industri sektor pangan global yang paling cepat berkembang. Sayangnya, penyakit menular menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan terhadap industri akuakultur. Menurutnya, protokol pengobatan penyakit saat ini tidak efektif dan menimbulkan bahaya lingkungan.
“Herbal adalah berbagai aktivitas biologis seperti efek peningkatan pertumbuhan, bertindak sebagai imunostimulan, makanan pembuka, antistres, afrodisiak dan efek antimikroba. Saya membahas pentingnya jamu pada ikan laut dan budidaya kerang dengan bioactivities yang berbeda,” ujar Thavasimuthu di IPB International Convention Center, Botani Square, Bogor, Kamis (11/10).
Dr. Kartik Baruah juga sepakat bahwa akuakultur adalah sektor penghasil makanan hewani yang tumbuh paling cepat di dunia. Namun demikian ia mengatakan bahwa penyakit yang disebabkan oleh bakteri, virus/atau parasit merupakan kendala utama untuk pertumbuhan banyak spesies akuakultur.
Hal ini juga menimbulkan ancaman serius dan berkelanjutan terhadap ketahanan pangan, keamanan pangan, ekonomi nasional, keanekaragaman hayati, dan lingkungan pedesaan.
Kartik menuturkan, mekanisme yang mendasari munculnya penyakit masih belum sepenuhnya dipahami, dan langkah-langkah efektif anti-infektif broadspectrum tidak dikembangkan.Menurutnya, lingkungan akuatik adalah ekosistem yang kompleks, yang membuat perbedaan antara kesehatan, kinerja yang kurang optimal dan penyakit tidak jelas.
“Terjadinya penyakit dalam sistem kompleks ini tidak semata-mata karena patogen tetapi karena efek langsung atau tidak langsung dari berbagai pendorong munculnya penyakit, dan ini termasuk berbagai faktor lingkungan, status genetik dan kesehatan/fisiologis hewan ternak,” ungkap dia.
Ini menunjukkan bahwa ada beberapa tantangan dalam memahami penyebab yang mendasari wabah penyakit dalam sistem akuakultur dan dengan demikian mengembangkan langkah-langkah pencegahan dan perawatan ramah lingkungan yang efektif.
“Karena itu, kami mengusulkan pendekatan holistik dalam mengatasi tantangan-tantangan ini,” katanya.