Harga Pangan Tinggi, Nilai Tukar Petani Turun

Pertanianku – Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan Nilai Tukar Petani (NTP) nasional pada Maret 2017, turun 0,38% dibanding bulan lalu, yakni dari 100,33 menjadi 99,95. Penurunan NTP ini disebabkan indeks harga hasil produksi pertanian mengalami penurunan lebih besar dari penurunan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga atau keperluan produksi pertanian.

NTP adalah salah satu indikator untuk melihat kemampuan daya beli petani di perdesaan atau menunjukkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi ataupun untuk biaya produksi.

“NTP bulan Maret 2017 kurang menggembirakan yakni 99,95, atau di bawah 100. Artinya kalau di bawah 100, harga yang dibayar petani lebih tinggi dibanding yang diterima,” kata Kepala Badan Pusat Statistik, Suharyanto di Gedung BPS, Jakarta, beberapa waktu lalu seperti melansir DetikFinance (6/4).

Secara nasional indeks harga yang diterima petani pada Maret lalu turun sebesar 0,39% dibanding Februari 2017. Hal ini disebabkan oleh turunnya indeks harga yang diterima petani di seluruh subsektor, mulai dari tanaman pangan sebesar 0,75%, tanaman hortikultura sebesar 0,23%, tanaman perkebunan rakyat sebesar 0,31%, peternakan sebesar 0,19%, dan perikanan sebesar 0,07%.

Hal ini juga diikuti oleh turunnya harga gabah kering panen di tingkat petani sebesar Rp4.373 per kg, atau turun 5,74%. Penurunan juga terjadi di tingkat penggilingan, yakni sebesar 5,71% menjadi Rp4.460 per kg.

Sementara itu, indeks Harga yang Dibayar Petani, harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh masyarakat perdesaan, khususnya petani mengalami penurunan sebesar 0,01%.