Pemanfaatan Lahan Kering dengan Tumpang Sari untuk Meningkatkan Produksi Kedelai

Pertanianku — Salah satu penyebab terhambatnya produksi kedelai di Indonesia adalah luas area tanam kedelai yang relatif kecil dan malah semakin berkurang seiring berjalannya waktu. Salah satu cara untuk meningkatkan produksi kedelai adalah membudidayakannya di lahan suboptimal yang berpotensi sangat besar, seperti lahan kering beriklim kering.

meningkatkan produksi kedelai
foto: Pertanianku

Dilansir dari litbang.pertanian.go.id, lahan kering beriklim kering di Indonesia mencapai 13,3 juta hektare, tapi luas lahan yang berpotensial untuk pertanian hanya sekitar 7,8 hektare.

Lahan kering beriklim kering merupakan lahan kering dengan total curah hujan kurang dari 2.000 mm/tahun. Lahan tersebut berada di wilayah yang memiliki bulan basah kurang dari tiga hingga empat bulan dan bulan kering yang berlangsung selama 4—6 bulan dalam setahun.

Lahan kering beriklim kering lebih sering dimanfaatkan oleh petani untuk budidaya tanaman jagung sebagai sumber pendapatannya. Namun, sebenarnya lahan tersebut tergolong cukup subur sehingga bisa juga digunakan untuk budidaya kedelai sehingga pendapatan petani bisa lebih meningkat.

Kedelai bisa dibudidayakan secara tumpang sari di area tersebut bersama dengan jagung. Pasalnya, jika kedelai dibudidayakan dengan sistem monokultur malah akan mengurangi luas area produksi jagung. Dengan begitu, banyak petani jagung yang tidak mau menerima komoditas kedelai.

Selain itu, kedelai memang cocok ditumpangsarikan dengan jagung karena ada beberapa jenis kedelai yang memiliki umur panen relatif singkat, sekitar 71—90 hari. Salah satu varietas kedelai yang bisa diterapkan dalam sistem tanaman ini adalah varietas Dena 1. Varietas tersebut sudah dilepas sejak 2014.

Varietas Dena 1 toleran terhadap naungan hingga 50 persen. Selain itu, umur panen Dena 1 terbilang genjah dan kurang dari 80 hari. Potensi hasil panen yang dihasilkan dari varietas ini sebesar 2,89 ton/hektare.

Kedelai ditanam di dalam lorong antarbarisan tanaman jagung selebar 200 cm. Jarak antarbarisan kedelai yang bisa digunakan sekitar 40 cm dengan jarak antara rumpun tanaman di dalam barisan sekitar 15 cm. Satu lubang tanam dapat ditanam sebanyak 2—3 benih.

Dengan menerapkan sistem tumpang sari ini, produksi kedelai dalam negeri bisa bertambah tanpa perlu mengurangi luas area tanam jagung di Indonesia.