Fungsi Cacing Tanah untuk Menyuburkan Tanah

Pertanianku Cacing tanah merupakan hewan avertebrata yang hidup di tempat yang lembap dan tidak terkena cahaya matahari secara langsung. Kelembapan yang dibutuhkan oleh cacing sekitar 60—90 persen dan berfungsi untuk mempertahankan cadangan air di dalam tubuhnya. Cacing di areal perkebunan menjadi berkah tersendiri bagi petani karena peran hewan ini sangat penting untuk menyuburkan tanah.

Cacing tanah
foto: Pixabay

Kehadiran cacing tanah bisa membuat sifat fisik tanah menjadi lebih baik, seperti sistem aerasi dan drainase di dalam tanah. Selama masa hidupnya, cacing akan terus menguraikan bahan organik menjadi nutrisi yang bisa dimanfaatkan oleh makanan. Kotoran yang dihasilkan cacing juga sangat bermanfaat untuk meningkatkan kandungan unsur hara.

Cacing yang berada di areal pertanian cukup bermacam-macam. Cacing yang sering dijumpai merupakan cacing endaogaesis dari genus Pheretima dan cacing epigaesis. Cacing endaogaesis sering dijumpai hidup di permukaan tanah. Cacing ini akan membuat lubang terowongan permanen pada kedalaman 20—45 cm dengan keadaan tanah yang lembap dan gembur.

Cacing endaogaesis akan meletakkan kotoran di dalam lubang dan memakan tanah, bahan organik, serta akar-akar tanaman yang sudah mati. Cacing endaogaesis sangat mudah dijumpai di lokasi tanah yang lembap dan gembur.

Sementara itu, cacing epigaesis lebih sering ditemukan di area perkebunan yang dikelilingi oleh banyak sampah organik. Cacing tersebut bisa dijumpai di kedalaman tanah kurang dari 8 cm, warnanya gelap sehingga sulit terlihat, tidak membuat lubang, kotoran cacing juga tampak jelas, memakan serasah yang berserakan di tanah, dan tidak mencerna tanah.

Cacing endaogaesis lebih sering dijumpai di area pertanian yang menanam pisang, kacang-kacangan, dan jagung. Cacing ini juga banyak berada di daerah yang ditumbuhi oleh rumput.

Cacing juga sering digunakan untuk pengomposan pupuk organik. Pupuk ini disebut kascing atau bekas cacing. Pupuk kascing merupakan kumpulan kotoran cacing yang dikumpulkan. Kotoran tersebut dihasilkan dari aktivitas cacing dalam mengonsumsi bahan-bahan organik. Oleh karena itu, kascing yang dihasilkan bisa berbeda-beda, bergantung pada bahan organik yang diberikan untuk cacing.